Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2012

Gaji Pimpinan di Muhammadiyah

BELUM SEMUA KENAL MUHAMMADIYAH,,, 😍😍😍 Seorang pengurus yayasan bertanya: "Berapa gaji pengurus Muhammadiyah yang tertinggi dan terendah?” “Pimpinan tidak ada yang digaji, hanya karyawan yg digaji” jawab saya.  “Apa benar ? Kalau begitu dari mana sumber ekonomi mereka ?” “Semua pimpinan Muhammadiyah punya pekerjaan, tidak menganggur”. "Bagaimana kalau tugas Muhammadiyah bersamaan dengan tugas pekerjaan?” “Jika waktu berbenturan, tugas pekerjaan didahulukan, baru Muhammadiyah”. “Kalau begitu tidak profesional karena menomorduakan Muhammadiyah” “Mungkin menurut orang lain tidak profesional. Tetapi itu lebih baik karena semua pimpinan Muhammadiyah tidak ada yang berfikir mengurusi Muhammadiyah sebagai profesi. Semua berniat sbg pengabdian. Yang penting dilakukan penuh kesungguhan dan sepenuh kemampuan”.  Dahulu pernah ada gagasan memberi gaji kepada pimpinan Muıammadiyah  supaya waktu dan perhatiannya bisa penuh kepada pesyarikatan. Tanggapan Pak AR  ketika ditanya:  ”Itu niat

ASTAGA

Aku pada pikirku               Sudut, sudut rinduku.                                                    Aku pada jemariku                                        Sidik, sidik jariku.                                                        Aku pada khayalku                                                                    Imaji, imaji pikiranku.                 Astaga, ini sekedar puisi                                        Tak lebih dari itu.

KEPADA KAWANKU : GITARIS BAYANG-BAYANG*

Sayatan gitarmu itu selalu mengingatkan aku pada pilu Telah beribu ketukan ujung jari membekas pada tiap senar itu Namun nada-nadamu masih sunyi, bahkan langitpun enggan mendengarnya Pilu, pilu sekali kawan… Dan setiap kau pindahkan jemarimu yang hebat itu grip demi grip Yang kulihat hanyalah bayang-bayang pudar sosok bintang Lelah untuk dianggap, dijauhi realita dan dikhianati mimpi Padahal, aku tahu kawan Kau sekelas Yngwie dan segarang Synyster Gates Sayangnya hanya aku yang tahu itu. *Puisi ini didedikasikan untuk sahabat sejatiku : Ijun, Kiki, Bang Ata, Alex dan Novis di Slavhink Music Management...

SUBUH

Pada butiran embun terpantul doa-doa Dalam hentak hening zikir dilafalkan Sujud di subuh ini mengharmonisasikan hati dengan langit Menjulurkan salam kepada semesta-Nya Terbayang malaikat dan bidadari bersenandung serupa Dalam irama yang sesempurna-sempurnanya Subuh mensyahadatkan jiwa Memetik berkah memenuhi keimanan Menyongsong surga menepiskan neraka Menggapai kebaikan lebih dari dunia dan seisinya

AKU DAN SURGA ITU

Pernah suatu waktu Tuhan datang dan memberiku Surga Letaknya melekat dibawah telapak kaki seorang perempuan yang kelak akan kupanggil Mama.. Ada yg bilang bahwa yang kupanggil Mama itu adalah juga Malaikat buat anak-anak manusia seperti aku.. Malaikat atau bukan, yang kutahu dibawah telapak kakinya ada Surga Untuk ku, hanya untukku.. anaknya.. Berbilang waktu kemudian, belum sempat pandai aku mengeja huruf dan angka Surga itu terangkat kembali ke sisi-Nya... Pernah aku sangat merindukan Surga.. dan Tuhan kemudian mengirimkannya kembali lewat telapak kaki seorang Perempuan Perempuan yang awalnya dengan tergagap ku panggil Umak karena tak yakin dia bisa memberikan ku Surga.. Kelak kemudian, karena terasa betul kasihnya dg bangga kupanggil dia Umak.. Aku yakin, bahwa jiwa malaikat yang sama telah melekat pada perempuan yg kupanggil Umak ini.. Untuk ku, hanya untukku.. anaknya... Pernah aku berhenti memimpikan Surga, karena sudah kuperoleh tepat dibawah telapak kaki

AKU PULANG

Langit masih berbasah-basah, satu ransel berat erat di punggung Pulang hari ini benar-benar membuat gairah meletup-letup Jarak lindap dikalahkan waktu, semarak hati meletup luar biasa Semuanya menjadi indah, jalanan bagai permadani yang berhias bunga-bunga ranum Pulang kampung tahun ini sesaat membuat lupa galau di hati Aku pulang, berbekal rindu alang kepalang Pada aroma kampungku yang candu Pada tangan kasar ayahku dengan dialog diamnya Pada pusara Mama dan Umak, keping-keping surgaku Dan rindu yang buncah melihat wajah-wajah ikhlas orang kampungku Aku pulang, karena aku rindu kedamaian

AKU RISAU

Aku risau bila engkau mengajakku berenang dalam samudera hatimu Bukan karena aku tak pandai berenang, bukan pula karena aku tak pandai menyelam tapi aku risau sebab samuderamu selalu melupakan aku pada daratan Aku risau sebab awan akan berhenti berarak Dan angin, akan berkhianat tak mau menggoyang daun-daun Bila engkau mengalunkan nyanyian merdu dari bibirmu