Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Gaji Pimpinan di Muhammadiyah

BELUM SEMUA KENAL MUHAMMADIYAH,,, 😍😍😍 Seorang pengurus yayasan bertanya: "Berapa gaji pengurus Muhammadiyah yang tertinggi dan terendah?” “Pimpinan tidak ada yang digaji, hanya karyawan yg digaji” jawab saya.  “Apa benar ? Kalau begitu dari mana sumber ekonomi mereka ?” “Semua pimpinan Muhammadiyah punya pekerjaan, tidak menganggur”. "Bagaimana kalau tugas Muhammadiyah bersamaan dengan tugas pekerjaan?” “Jika waktu berbenturan, tugas pekerjaan didahulukan, baru Muhammadiyah”. “Kalau begitu tidak profesional karena menomorduakan Muhammadiyah” “Mungkin menurut orang lain tidak profesional. Tetapi itu lebih baik karena semua pimpinan Muhammadiyah tidak ada yang berfikir mengurusi Muhammadiyah sebagai profesi. Semua berniat sbg pengabdian. Yang penting dilakukan penuh kesungguhan dan sepenuh kemampuan”.  Dahulu pernah ada gagasan memberi gaji kepada pimpinan Muıammadiyah  supaya waktu dan perhatiannya bisa penuh kepada pesyarikatan. Tanggapan Pak AR  ketika ditanya:  ”Itu niat

KAWANKU PAI

Oleh: Denni Meilizon SUNGAI , di manapun kau bisa menemukannya pastilah sebuah bangun ruang yang sangat memukau. Besar, meliuk (seperti badan seekor ular), dibaluri semak belukar, lumpur, bebatuan, ikan, buaya, bakau dan semakin ke muara kita akan melihat jembatan, jalanan setapak, jalanan beraspal, rumah-rumah, orang-orang mandi, orang memancing, orang berperahu. Semakin mendekat ke laut, sungai semakin lindap, tenggelam dalam hiruk pikuk budaya, menyatu dalam detak kehidupan manusia. Ketika sudah begitu sungai bagimu mungkin hanya semacam asesoris. Hal-hal yang tidak terlalu penting dan mempengaruhi gerak kehidupanmu. Dan, sungai bagi sebagian orang di luar sana memang tidak berarti apa-apa. Sekilas lalu saja. Sebagian menggunakannya sebagai tempat berkencan atau hanya sebuah tempat untuk membuang sampah walaupun Pemerintah gedar gedor mengusungkan peraturan kepada masyarakat bahwa membuang sampah ke sungai bisa di denda sekian dan sekian.

PADA SEBUAH TULANG

Oleh: Denni Meilizon LAKI-LAKI itu berdebu. Diterpa badai, dingin malam yang menusuk dan kesenyapan jazirah. Perjalanannya dari Mesir, merupakan perjalanan yang sangat penting. Perjalanan yang harus ia lakukan, demi harga diri keluarganya. Keluarga yang dibangun bahkan sejak orang-orang Muslim belum berkuasa di negeri Mesir.   Ia akan ke Madinah, tempat Khalifah penguasa kaum Muslim bertahta. Di Mesir, orang-orang Muslim menzalimi keluarganya. Dan ia tak tahu lagi kepada siapa akan mengadukan rusuh hati. Kepada Gubernur tentu tidak mungkin. Gubernur itulah yang merampas kebahagiaan keluarganya. Berhari-hari ia berjalan. Kerasnya gurun pasir hampir saja menghabisi semangat dan jiwanya. Ia belum pernah melakukan perjalanan sejauh ini. Kalaulah tidak disebabkan harga diri yang telah terhinakan, tak kan ia tempuh perjalanan ini. Tetapi, ia telah mendengar tentang kebijaksanaan Khalifah. Karena itu ia yakin, keadilan atas dirinya akan tertegakkan. Walau ia bukan seorang Musli

JUMBATEN GANTUONG

Oleh: Denni Meilizon Harian Rakyat Sumbar, Halaman BUDAYA, Sabtu 9 Januari 2016 NYAI selalu bertanya, kapan kami akan pulang. Aku tidak pernah bisa menjawab pertanyaan itu. Purnama demi purnama berlalu begitu saja. Dan Nyai, semakin rajin saja bertanya kenapa kami tak pernah pulang kampung. Ia ingin pulang. Sebagaimana kawan-kawannya di sekolah yang sering pulang ke kampungnya. Tetapi tanah kami jauh. Jauh di Lembah Malintang. Di sana, kau akan menemukan riak sungai berderai-derai dengan sekawanan kerbau mandi di bawah terik matahari.

PROF. DR. ACHMAD MOCHTAR, SEJARAH YANG DILURUSKAN

Namanya tertelan hiruk pikuk zaman. Perjuangannya tak mengangkat senjata namun melalui ilmu pengetahuan meski harus menyerahkan nyawa agar rekan-rekannya selamat. Nahas! Namanya mungkin tak setenar nama-nama pahlawan yang menjadi nama-nama jalan protokol di ibu kota dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Namun perjuangannya tak bisa dinafikan. Dialah dr Achmad Mochtar, orang Indonesia pertama yang menjadi Direktur Lembaga Eijkman, lembaga sains dan riset di bidang biologi molekuler pertama di Indonesia yang didirikan sejak zaman penjajahan Belanda tahun 1888. Di lembaga yang namanya diambil dari nama penerima Nobel bidang kesehatan tahun 1929, Christiaan Eijkman ini, dr Achmad Mochtar diangkat menjadi Direktur Institut Eijkman (nama Lembaga Eijkman saat itu) pada tahun 1942.

Puisi-Puisi yang diterbitkan HARIAN HALUAN PADANG, Minggu 30 Agustus 2015

Sumber gambar: Harian Haluan, 30 Agustus 2015 DENNI MEILIZON DAGING APEL Ke dalam cinta bersama cahaya pagi Dari kaki hingga rambutmu Hanyut perjalanan badai-badai Anyelir malam sungai gandum Oh, bendera di jalanan sempit Belajar kesucian sampai terjadilah Tumbuh benih tinggi dalam dirimu Satu madu oleh dua tubuh

BUKAN TELUR ANGSA

Harian PosmetroJambi, Minggu 23 Agustus 2015 Oleh: Denni Meilizon PASAR kami ini bukanlah pasar biasa. Ada sebuah kisah yang dahulu bermuasal dari sini. Kisah tentang si pedagang telur. Entah sudah berapa kali diceritakan orang. Dipergunjingkan dari mulut ke mulut. Entah sudah sampai di mana kisahnya terbawa angin. Apakah kau belum pernah mendengar ceritanya? Kalau kau bersedia mendengarkan kisahnya, tentu dengan senang hati akan kuceritakan kepadamu. Marilah kita masuki pasar ini. Aku akan bercerita kepadamu sambil berjalan. Bukankah katamu tadi kauingin menengok pasar kami ini lebih dalam, maksudku apa kau tidak tertarik untuk menawar dagangan yang dijaja oleh orang-orang di pasar ini? ***

PENGAKUAN GONTAR

Harian Singgalang, Minggu 16 Agustus 2015 (halaman Estetika) Oleh: Denni Meilizon   SEPANJANG jalan kampungku merupakan taman bermain bagi Atan. Apakah kau pernah mendengar namanya? Ia hanya seorang anak. Anak kecil yang terperangkap dalam tubuh orang dewasa. Ke mana-mana ia membawa sepikul bambu. Bambu kering berbilah-bilah. Wajahnya selalu tersenyum. Tapi lihatlah itu, langkah kakinya sedikit mengharukan. Ia berbeda dari orang kebanyakan. Penyakit Polio yang menghabisinya saat belia telah mengubah anatomi kaki begitu rupa. Namun orang-orang menyukainya. Ya, kau bisa melihat wajahnya selalu tersenyum. Kau akan mendengar senandung lirih apabila mungkin kau berpapasan dengannya. Cobalah sapa, ia akan menggumam. Ia akan mengangkat jempol untukmu. Kau harus tahu bahwa dari sekian keunikannya, Atan sesungguhnya tidak dapat berbicara.

Sulit Mencari Guru Bahasa yang Menyenangi Sastra

Dasril Ahmad PENGAMAT pendidikan, Drs. Wandra Ilyas menyatakan, kalau dikatakan apresiasi sastra siswa di sekolah belum lagi menggembirakan, penyebabnya bukan karena kurikulum pengajaran yang tidak baik, tapi justru karena ketidakmampuan guru dalam mengajarkan pelajaran sastra tersebut. Hal itu bisa kita lihat, betapa sampai sekarang kita sulit mencari guru bahasa Indonesia yang menyenangi pelajaran sastra. Padahal, pengajaran bahasa dan sastra Indonesia itu, baik di tingkat pendidikan dasar maupun menengah, merupakan satu paket pelajaran dengan guru yang sama. Karena itulah, kerap terjadi tiba pada jam pelajaran sastra dia lompati (tinggalkan). Kenapa? “Karena modal atau kekayaan guru tentang sastra (pengetahuan, naluri dan wawasan) itu sendiri tidak ada. Hal ini juga berakibat pelajaran sastra jadi tak disenangi para siswa, dan tentu saja apresiasi mereka sampai kapan pun tak akan menggembirakan,” tegas Wandra Ilyas di kantornya, dinas pendidikan dan kebudayaan Pr

Aneh dan Uniknya Bahasa Medan yang Akan Membuatmu Terbengong

Jika Anda pertama kali berkunjung ke Medan pasti akan merasa heran karena keunikannya. Barangkali sebagian besar menyangka bahwa Medan itu adalah identik dengan budaya Batak. Padahal kenyataanya tidak, di Medan masih banyak suku-suku lainnya seperti Melayu, Jawa, Minang, Aceh, Mandailing, Karo, India, China, Arab dan sebagainya. Dan hampir tidak ada yang etnik yang mendominasi di Medan. Hal itulah yang menyebabkan terciptanya bahasa Medan. Bahasa Medan pada dasarnya adalah Bahasa Indonesia, namun karena keragaman budaya tersebut maka terjadilah akulturasi yang menciptakan istilah-istilah baru. Berikut ini adalah beberapa keunikan Bahasa Medan:

WABAH MENARI

Oleh Denni Meilizon JELANG siang yang menetak ubun kepala, datanglah seorang perempuan separuh baya. Entah atas alasan apa ia kemudian berlari kencang menuju jalanan ramai yang sedang macet parah oleh kendaraan. Di tengah jalan itu, di bawah tatapan semua mata ia menari. Tak ada musik apapun. Angin kering, panas garang. Perempuan itu, membuka pakaian luarnya. Ia menggerai rambutnya. Cahaya panas matahari meliuk dari kibasan tangan, lenggokan pinggul, geraian rambut sepinggang, dan semakin girang ia menghentakkan kaki, kedua kakinya. Telapak kaki menderam ke aspal. Dalam terpananya tatapan semua mata, perempuan itu melentingkan tubuhnya lalu mendarat ke atas kap sebuah mobil sedan hitam. Pengemudi sedan, seorang remaja berwajah artis Korea terkaget bukan kepalang. Meloncat matanya menyaksikan seorang perempuan berpakaian dalam saja, melonjak-lonjak menari kesetanan di atas kap mobilnya. Sedan itu terlonjak-lonjak. Orang-orang tersentak dan mulai berkerumun. Meninggalk

PERJUMPAAN KITA DISUATU SENJA

Oleh: Denni Meilizon "BAIKLAH, apa yang ingin kau bicarakan?" ia berhenti. Kedua pipinya menyemu ditampar bau garam. Suaranya disengat matahari senja. Tapi riap anak rambut di dahinya membuat hatiku tersenyum. Walau tentu saja ia merenggut. Tentu saja. Aku tak menjawab. Dari balik batinku yang masih mengaguminya, aku mencoba menyibak dan menghela angin, berusaha ada di hadapannya. "Lho, kok malah diam sih!" ujarnya jengkel. Aduh, aku harus utuh, dinding angin yang membatas ruang dan waktu harus mengantarkanku betul-betul hadir di hadapannya. Lihatlah, bahkan sisa terang matahari bagai terlempar oleh kilau sosoknya itu. Gegaslah!

Bahasa Malayu: Bukan Minang, Bukan Pula Mandailing. Ini Hanya Ujunggading

Oleh: Fahrezi, SIP. MM** Masyarakat Mandailing memiliki bahasa Mandailing sebagai alat komunikasi antar sesama anggota masyarakat di wilayah Mandailing dan juga di perantauan bagi sesama masyarakat Mandailing. Langgam bicara orang Mandailing lemah lembut dengan lantunan lagu kalimat yang merdu, nada suaranya rendah, tidak lantang, disebabkan keadaan alam Mandailing yang subur, banyak ditumbuhi pohon, sehingga tidak perlu bersuara keras ketika sedang berbicara. Langgam bicara yang lemah lembut tersebut menyebabkan bicara masyarakat Mandailing disebut dengan istilah lembut mangalangoi (lemah lembut namun membuat orang melangu). Masyarakat Mandailing masih memelihara bahasa dan adat istiadatnya, meskipun telah berada di perantauan disebabkan sifat merantau masyarakat Mandailing yang menjadikan rantau sebagai kampung halaman kedua. Budaya yang ada di kampung halamannya dibawa keperantauan sehingga situasi kampung halaman tetap tergambar dalam masayarakat Mandailing di peran

ZIKIR GERIMIS DALAM PUISI –PUISI SYARIFUDDIN ARIFIN

(Catatan terhadap Buku Puisi “Galodo: Di antara Dua Sungai”) Dimuat HARIAN RAKYAT SUMBAR (Kolom Budaya), 8 Agustus 2015 Oleh: Denni Meilizon** ADEK ALWI (Sastrawan dan Dosen Jurnalistik Politeknik UI) dalam Prolog buku puisi Galodo: Di antara Dua Sungai (Gambang Buku Budaya, 2015) menuliskan sebuah pepatah yang menuntun saya membaca lebih simak puisi-puisi Syarifuddin Arifin utamanya terhadap puisi-puisi yang mencatat perjalanan (badaniah maupun sprituil). Pepatah itu, “Lama berjalan banyak dilihat, lama hidup banyak termaknai” terasa sekali digaungkan lewat ungkapan-ungkapan puitis dengan teknik tingkat tinggi yang terbaca seperti penggalan puisi berikut ini: “siapa yang menggigil/di antara zikir tak kusuk/aku menghitung denyut nadi/seperti mengeja kata/dan menulis; pulang” (Gerimis Mengajakku Pulang, hal. 51).

ANAK-ANAK PANGARO: VISI BAGI GENERASI MUDA DALAM SEBUAH NOVEL

Oleh: Denni Meilizon** GLOBAL WARMING atau isu pemanasan global hari-hari ini menjadi tren dan topik diskusi keren. Es di kutub bumi mencair perlahan. Sejengkal demi sejengkal. Pecah menjadi air, menaikkan volume air laut di seluruh benua. Sementara daratan mengering, tak bisa menyimpan cadangan air sebab pepohonan yang menjadi tumpuan untuk penyerapan air tanah malah semakin beringas ditebangi. Hutan digunduli. Tak ditanami kembali. Sabana gersang, hewan-hewan banyak yang mati. Sawah berubah menjadi perumahan. Padi sulit ditanam, maka pemerintah mengimpor beras dari Negara-negara yang masih setia menanam padi. Bahan pangan semakin sulit. Laut kehilangan biota hayati. Hasil laut semakin merisaukan nelayan. Imbasnya, sebagai pemuncak dalam piramida rantai makanan, manusia merana. Bukan saja raga yang kehilangan asupan gizi tetapi juga mental dan sikap menjadi jatuh. Dari manusia yang dibekali kearifan berpikir menjadi makhluk serupa binatang yang mengedepankan naluriah unt

MOMEN ALYA: Dari Bayi Hingga Ultah ke 7 Tahun (Catatan seorang Ayah)

LAKI-LAKI RAMBUT BAWANG

Oleh: Denni Meilizon BAWANG menyimpan semua hal yang membuatmu menangis. Ia menyimpannya dengan rapi dalam setiap lapisan kulit. Terkunci dalam tiap kerat dagingnya. Lapis demi lapis. Mengalir di dalam tanah. Dihisap akarnya. Dibawa turun temurun dalam kecambah. Menyimpan rapat beban pikiran. Sampai suatu saat entah kapan, ia akan menumpahkannya kembali kepada siapapun yang sedang kemaruk berpikir sebagai yang dialami si Sawir.             Apalagi Sawir merasakan hari-hari yang kian berat. Hidup sulit. Dan ia mulai asyik menikmati bunyi tertawanya sendiri. Semakin keras ia tertawa, semakin terasa olehnya tak ada lagi orang yang mau mendengarkan keluh kesahnya. Maka ia semakin sering bermenung. Terpikir olehnya tagihan cicilan rumah, rekening listrik, telepon, air, internet, isi dapur, beras, susu untuk anak atau untuk istrinya yang sedang mengandung, uang sekolah anak-anak, bensin motor dan biaya dokter seandainya nanti istrinya meminta untuk memeriksakan kandungan. Semak

MENCARI PERSINGGAHAN DALAM PUISI

(Sebuah Catatan Terhadap Buku Puisi “Sajak-Sajak di Buang Sayang”) Oleh: Denni Meilizon SETIAP pembahasan modern tentang proses kreatif pasti menyorot peran alam bawah sadar dan alam sadar pengarang. Pengarang sering kali membicarakan hal-hal teknis alih-alih membicarakan bakat bawaan yang ia miliki di mana keseluruhan pengalaman yang kemudian menjadi bahan sebuah karya menjadi semacam cermin yang memantulkan kembali sisi personal dari pribadi mereka. Apakah dibutuhkan analisa psikologi dalam menilai sebuah proses kreatif? Menurut Jhon Keats (1935, hlm 227), seorang penyair sesungguhnya tidak memiliki identitas diri. Diri bagi penyair adalah segala sesuatu dan sekaligus tidak ada. Seorang penyair adalah sesuatu yang paling tidak puitis di seluruh semesta. Karena tidak punya identitas, maka ia secara terus menerus menciptakan dan mengisi jasad lain. T.S Eliot (1918) memberikan kepada kita sebuah pandangan bahwa sejatinya seorang penyair hanya mengulangi kembali dan m

Penyair Rusli Marzuki Saria: Seorang Calon Penyair Harus Banyak Membaca

PENYAIR Rusli Marzuki Saria (79 tahun) menyatakan, seorang calon penyair haruslah banyak membaca, karena dengan banyak membaca perbendaharaan kata-kata semakin banyak. Hal ini penting karena bahan baku sebuah puisi adalah kata-kata yang kemudian jadi kalimat. Kalau perbendaharaan kata-kata sudah banyak, maka kita bisa menyaringnya untuk digunakan, mana yang sesuai dengan masalah yang ingin diungkapkan di dalam puisi itu. Di samping itu juga ada teknik menjinakkan kata-kata. “Menulis puisi atau sajak itu termasuk dalam menulis kreatif, di samping cerita pendek, naskah drama dan catatan harian. Seseorang yang kreatif adalah yang mempunyai daya atau kemampuan mencipta dalam mewujudkan kreasi baru. Jadi seorang penulis karya kreatif seperti puisi dan cerita pendek (cerpen) haruslah orang-orang yang suka membaca,” katanya.

MENULIS CERPEN

Oleh: Denni Meilizon** TULISAN ini akan saya mulai dengan sebuah pertanyaan, “Apa yang dimaksud dengan Cerita Pendek?” Sebuah cerita ditulis sebab dibutuhkan oleh manusia sebagai makhluk sosial. Cerita dibaca sebagai cermin yang memantulkan aneka ragam permasalahan yang dialami manusia dalam kehidupan. Sebagai produk humanisme, cerita menjadi wahana untuk menakar kedalaman emosi setiap manusia, menjadi pengingat dan memandang kehidupan dari berbagai sisi yang berbeda. Manusia sebagai makhluk Tuhan sangat menyukai keindahan. Karena keindahan itu pulalah seni dan budaya terbentuk sebagai embrio murni pembangun peradaban. Dua hal tersebut kemudian melahirkan bahasa yang merupakan induk dari SASTRA. Sastra merupakan ungkapan keindahan yang dituliskan dalam bentuk cerita. Sedangkan Seni Rupa merupakan keindahan yang dilukiskan ke dalam bentuk objek berupa gambar-gambar. Menurut Gus Tf. Sakai, keindahan kemudian melahirkan dua macam teks yang saling terpisah secara stru

Dari Kritik “Dagang Sapi” Hingga Kritik Sastra Ilmiah *)

Oleh : Dasril Ahmad SEJAK doeloe Sumatera Barat yang dikenal sebagai gudangnya sastrawan (beken) di Indonesia, tampaknya tak berlaku untuk bidang kritik sastra. Masyarakat Sumatera Barat (baca : Minangkabau) yang memang gemar ma-ota/bercerita secara lisan di kedai-kedai, tampaknya enggan menjelaskan pengertian, makna dan bobot dari ceritanya itu kepada orang lain, sebagaimana kaedah sebuah kritik sastra. Namun yang menggembirakan adalah, ternyata masyarakat Minangkabau tak hanya mampu menghidupkan tradisinya bercerita secara lisan, tetapi juga punya hasrat tinggi untuk menulis dalam bentuk karya sastra.

PUISI MENOLAK KORUPSI (PMK) ANTOLOGI PUISI TERDASYAT

oleh Rg Bagus Warsono Pemberantasan korupsi setengah hati Adalah Indonesia di 2013 ini. Sebuah negeri yang mendambakan bebas dari korup tetapi cita-cita itu digarap  dengan setengah hati. Sejak masalah korupsi dimasukan dalam ketetapan MPR di awal reformasi, garapan pemerintah yang berkuasa sepenjang era ini sampai sekarang dapat diambil kesimpulan hanyalah dagelan dan suguhan tontonan yang klasik bagi bangsa ini. Karena hasil dari kerja pemerintah yang berkuasa dari mulai pemerintahan BJ Habibie, Abdurrachman Wahid, Megawati, sampai SBY tak ada prestasi yang cukup dinilai baik dalam ukuran nasional tentang garapan pemberantasan korupsi. Semua hanya omong kosong/ bualan , slogan verbalis, dan program ngambang yang bertujuan untuk membodohi rakyat. Berapa trilyun uang negara yang dikorupsi dan berapa uang yang kembali, serta berapa oknum yang menjadi tersangka dan berapa orang yang korup dijebloskan penjara masih belum mencapai prosentase yang dapat dinilai baik. H

ELENA

Elena, kau sepupu api Targor Morsilor Rambutmu menggerayangi orang-orang Wallachia Teriakan di pasar menjaja kandang tua Rumania Hiasan klenengan sapi dan bau gandum Pintu-pintu kerajinan tangan Dan perkakas stasiun birumuda Kau anak angin Bucharest Detak lekak sepatumu sampai ke Praha Bawakan padaku kuntum bunga Luceafărul Tarian tangan butir mutiara Eminescu Bacakan malam di tengah taman

SAYEMBARA LAUT

Demikianlah mereka bercakap-cakap Gembira timbul tenggelam merambati Pulau dan pandan berputar seperti laron Di atas layar ketika terkembang Menangkap angin dalam hujan kabut.

ZIARAH KEMERDEKAAN DI NEGERI WARNA WARNI

Judul                : Ziarah Kemerdekaan Genre               : Buku Puisi Pengarang        : Muhammad Ibrahim Ilyas Penerbit            : ARIFHA Cetakan           : Pertama, Februari 2015 Tebal                : 116 halaman ISBN                : 978-602-14947-3-8             Melalui sebuah pertunjukan Musikalisasi Puisi bertajuk “Lagu Kehilangan”, Muhammad Ibrahim Ilyas meluncurkan buku terbarunya “Ziarah Kemerdekaan; sejumlah puisi muhammad ibrahim ilyas”. Pertunjukan diselenggarakan di   Gedung Teater Utama Taman Budaya Padang pada medio Februari 2015 dengan jumlah penonton yang melimpah ruah.             “Ziarah Kemerdekaan” merupakan kumpulan puisi karya Muhammad Ibrahim Ilyas yang dikumpulkan dari tahun-tahun yang menyertai proses kreatifnya. Beberapa puisi bertitimangsa tahun 1980-an, 1990-an dan bagian kecil tahun 2000-an. Buku ini dengan sendirinya dapat dianggap sebagai catatan penting perjalanan dari Penyair ketikamana kita membaca puisi-puisi y

MENGAPA BANGGA TERLAHIR SEBAGAI PEREMPUAN

Judul                : Bangga Jadi Perempuan Genre               : Buku Motivasi (Non Fiksi) Pengarang        : Yusrina Sri Penerbit            : PT. ELEX MEDIA KOMPUTINDO Cetakan            : Pertama, Maret 2015 Tebal                : xxxi + 96 Halaman ISBN                : 978-602-02-5744-0    Di dalam Al-Qur’an terdapat surah yang dinamakan dengan surah An-Nisa’ .   An-Nisa’ terdiri dari 176 ayat dan merupakan surah keempat dalam Al-Qur’an. Surah   terpanjang kedua setelah surah Al-Baqarah . An-Nisa’ berarti “Para Perempuan”.  

'Abdah bin 'Abdurrahiim

Adakah gerangan kerugian bagi Allah Sekiranya isi Alqur'an kau tukar Dengan senyum manis gadis Romawi? Neraka terlalu luas. 'Abdah! Apalagi untuk menampung tubuhmu itu Kulihat kau berdiri kelak Meminta kembali ke dunia Menjadi Muslim lagi. 2015 *Puisi ini terinspirasi dari status Fb Ghea Mirrela yang menyarikan buku "Di Bawah Kilatan Pedang" (101 Kisah Heroik Mujahidin) tulisan DR. Hamid Ath Thahir

Tripartit

Pada sebuah ruang. Di bawah terang cahaya 15 watt. Laron-laron memutari lampu. Kerumunan laron begitu rapat. Mengadu ekor amat sengitnya. Jantan betina sesekali terlempar ke lantai. Sedetik kemudian terbang kembali. Menyatu kembali dalam kerumunan. Memutari lampu terang 15 watt.

IBU TAJI AYAM BEKISAR MERAH

Juru masak kami menyadap bara arang Menanam resep terbaru dirajah bahu ibu Juru masak kami mengukus pucuk rebung Menyeduh tiris gerimis embun tubuh ibu Juru masak kami melemparkan bawang rajang Menggangsa pisau sebalik kain ibu Tapi, walaupun Juru masak kami merpati putih dan ibu taji ayam bekisar merah Ibu memiliki rahasia sayur asam daun paku membelit kaki-kaki kami merancukan apa saja yang memperdaya kami selain ingat rumah dan meja makan Ibu menyangrai semua perabot rumah Menadahkan getah ke kumis ayah Melatari kebun belakang rumah dengan hujjah sabda, pandan, serai, kemangi semua rahasia Yang tidak dimengerti Juru masak kami. Ibu bunga rampai peraduan dan meja makan kami. Padang, 2014   Dimuat suratkabar Padang Ekspres, Minggu 8 Februari 2015

BUAH KULIT DADA

Barangkali daging buah merah atau jingga Buah Naga atau Buah Labu Menggeletar atau gentar ketika Dari Selatan kaudatang dengan pisau Terdetak lekak sepatu kuda Tak sabar untuk menguji Buah mana bakalan dewasa Tak mubazir penuh tanya Barangkali kulit murni berleher hijau Buah Naga atau Buah Labu meluas lepas dikelupas pisaumu Sementara diam-diam kau birahi Kepada kulit dada licin Menyaingi kilatnya pisaumu Kilat yang berhamburan dari bola mata Barangkali kau harus lekas Daging buah: Buah Naga atau Buah Labu Kini sudah berada di puncak lapar kami Selesaikan ujianmu agar kami tahu Yang mana perabung dan mana penyaru Sebab kau lebih mahir mendedah pisau Kau paling tahu lapis-lapis urat Lapis-lapis dinding bertangkup-tangkup labirin Barangkali tak ada lagi yang menyimak Orang-orang sudah tergegas menyentuh cawan dan piring Parak kami ajang bertempur Melenyapkan daging buah dan kulit buah Getah buah noda yang mendarahi kulit jangat Saling membasmi hin