BELUM SEMUA KENAL MUHAMMADIYAH,,, 😍😍😍 Seorang pengurus yayasan bertanya: "Berapa gaji pengurus Muhammadiyah yang tertinggi dan terendah?” “Pimpinan tidak ada yang digaji, hanya karyawan yg digaji” jawab saya. “Apa benar ? Kalau begitu dari mana sumber ekonomi mereka ?” “Semua pimpinan Muhammadiyah punya pekerjaan, tidak menganggur”. "Bagaimana kalau tugas Muhammadiyah bersamaan dengan tugas pekerjaan?” “Jika waktu berbenturan, tugas pekerjaan didahulukan, baru Muhammadiyah”. “Kalau begitu tidak profesional karena menomorduakan Muhammadiyah” “Mungkin menurut orang lain tidak profesional. Tetapi itu lebih baik karena semua pimpinan Muhammadiyah tidak ada yang berfikir mengurusi Muhammadiyah sebagai profesi. Semua berniat sbg pengabdian. Yang penting dilakukan penuh kesungguhan dan sepenuh kemampuan”. Dahulu pernah ada gagasan memberi gaji kepada pimpinan Muıammadiyah supaya waktu dan perhatiannya bisa penuh kepada pesyarikatan. Tanggapan Pak AR ketika ditanya:...
Pada sebuah ruang. Di bawah terang cahaya 15 watt. Laron-laron memutari
lampu. Kerumunan laron begitu rapat. Mengadu ekor amat sengitnya.
Jantan betina sesekali terlempar ke lantai. Sedetik kemudian terbang
kembali. Menyatu kembali dalam kerumunan. Memutari lampu terang 15 watt.
Ada dua tiga cicak. Merayapi dinding dengan amat kesalnya. Setiap detik mengenceh saja. Menyilau laron-laron yang sedang berkerumun. Dua tiga langkah cicak dihela. Lalu, Hap! Cicak jatuh ke lantai. Tergeletak di samping jantan betina laron yang mati. Laron yang kepanasan. Laron yang kalah mengadu ekor. Laron yang tak dapat menahan birahi. Hidangan perai bagi cicak. Hap!
Hanya aku sendiri. Dalam ruang sepi. Di pucuk malam. Di bawah terang lampu 15 watt. Takut-takut tertawa sendiri. Meminum kopi di sela kunyahan roti gandum cokelat. Mengantarkan pesta makan malam cicak. Melepas kemalangan laron-laron. Menertawai kerumanan laron-laron. Menghitung langkah cicak lain dengan amat seksama.
Jakarta, Maret 2015
Ada dua tiga cicak. Merayapi dinding dengan amat kesalnya. Setiap detik mengenceh saja. Menyilau laron-laron yang sedang berkerumun. Dua tiga langkah cicak dihela. Lalu, Hap! Cicak jatuh ke lantai. Tergeletak di samping jantan betina laron yang mati. Laron yang kepanasan. Laron yang kalah mengadu ekor. Laron yang tak dapat menahan birahi. Hidangan perai bagi cicak. Hap!
Hanya aku sendiri. Dalam ruang sepi. Di pucuk malam. Di bawah terang lampu 15 watt. Takut-takut tertawa sendiri. Meminum kopi di sela kunyahan roti gandum cokelat. Mengantarkan pesta makan malam cicak. Melepas kemalangan laron-laron. Menertawai kerumanan laron-laron. Menghitung langkah cicak lain dengan amat seksama.
Jakarta, Maret 2015
Komentar
Posting Komentar
Selamat datang dan membaca tulisan dalam Blog ini. Silakan tinggalkan komentar sebagai tanda sudah berkunjung, salam dan bahagia selalu.