Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2014

Gaji Pimpinan di Muhammadiyah

BELUM SEMUA KENAL MUHAMMADIYAH,,, 😍😍😍 Seorang pengurus yayasan bertanya: "Berapa gaji pengurus Muhammadiyah yang tertinggi dan terendah?” “Pimpinan tidak ada yang digaji, hanya karyawan yg digaji” jawab saya.  “Apa benar ? Kalau begitu dari mana sumber ekonomi mereka ?” “Semua pimpinan Muhammadiyah punya pekerjaan, tidak menganggur”. "Bagaimana kalau tugas Muhammadiyah bersamaan dengan tugas pekerjaan?” “Jika waktu berbenturan, tugas pekerjaan didahulukan, baru Muhammadiyah”. “Kalau begitu tidak profesional karena menomorduakan Muhammadiyah” “Mungkin menurut orang lain tidak profesional. Tetapi itu lebih baik karena semua pimpinan Muhammadiyah tidak ada yang berfikir mengurusi Muhammadiyah sebagai profesi. Semua berniat sbg pengabdian. Yang penting dilakukan penuh kesungguhan dan sepenuh kemampuan”.  Dahulu pernah ada gagasan memberi gaji kepada pimpinan Muıammadiyah  supaya waktu dan perhatiannya bisa penuh kepada pesyarikatan. Tanggapan Pak AR  ketika ditanya:  ”Itu niat

“Kapak” Sutardji Calzoum Bachri: Upaya Memecahkan Kemampatan Hidup

Oleh; Dasril Ahmad MENIKMATI sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri kita diajak untuk ikut serta menelaah imaji-imaji yang dikemukakannya. Di samping dalam sajak-sajaknya Sutardji selalu berupaya untuk menemukan bahasa yang baru. Bahasa sajaknya sendiri.

Intensitas Perasaan *)

Oleh : Dasril Ahmad KITA sering tak peduli terhadap pengistilahan, sebutan ataupun julukan yang diberikan sehubungan dengan kreativitas yang kita lakukan. Dalam dunia sastra, misalnya, sudah lama dikenal sebutan pengarang dan penyair. Sikap ketidakpedulian kita terhadap penyebutan ini, membuat kita selama ini tak pernah mengusik perbedaan antara dua sebutan tersebut. Tilikan kita justru cenderung menyejajarkannya. Seorang penyair biasanya disebut juga seorang pengarang, begitu juga sebaliknya. Malah, sebutan pengarang itu dipandang mempunyai jangkauan yang luas pula, seperti seseorang yang mengarang syair, seseorang yang mengarang cerpen, novel, esei dan lain sebagainya. Dengan demikian, kita merasa tak perlu berbantahan jika seorang penyair, cerpenis, novelis dan eseis disebut sebagai pengarang. Begitulah adanya.

Ami Priyono:

“Salah Asuhan” Punya Pesan Universal *) Oleh: Dasril Ahmad Ami Priyono, Aktor dan sutradara film KARYA sastra yang baik adalah karya yang punya pesan-pesan universal. Hal ini membuat karya itu abadi, tidak luntur ditelan lintasan waktu dan persoalan zaman. Novel “Salah Asuhan” karya Abdoel Moeis itu, misalnya, merupakan sebuah karya sastra Indonesia yang baik dan abadi karena di dalamnya terkandung pesan-pesan universal itu tadi. Itu pula sebabnya, meski novel itu kini telah berusia 65 tahun (sejak diterbitkan pertama tahun 1928), namun persoalan berikut pesan-pesan yang disampaikannya masih tetap relevan sampai sekarang. Beralasanlah jika novel itu masih enak dibaca dan dinikmati saat ini, apalagi kalau dijadikan film dan sinetron.

Sajak-Sajak Yanie Wuryandari:

Merekam Kenangan Secara Artistik Oleh : Dasril Ahmad MEMBACA sajak untuk memahami makna yang dikandungnya tidaklah mudah, meskipun kita tahu bahwa pemaknaan karya sastra lebih bersifat multitafsir. Semakin banyak tafsiran yang diberikan kepada karya sastra, dipandang semakin bermutu karya sastra tersebut. Hal ini sejalan dengan pandangan bahwa karya sastra tidak hanya mengandung satu kemungkinan penafsiran, tetapi banyak, dan sastra selalu terbuka terhadap penafsiran-penafsiran baru yang diberikan kepadanya. Namun demikian, setiap penafsiran yang diberikan haruslah bisa dikembalikan kepada karya sastra itu sendiri secara elegan disertai argumentasi yang jelas. Dalam hal ini, sama sekali harus dihindari penafsiran yang artifisial.

Sajak Burung Nazar

Sajak kita sudah berubah menjadi burung nazar matanya yang mengintai awas menciumi udara amis berbau bangkai suaranya menguik keras kelaparan tiba-tiba mengajak kumpulannya untuk berpesta pora Sajak kita sebagai burung nazar dalam kumpulan yang sama liarnya Adalah kelaparan pada kematian kehidupan Mungkin saja sajak kita penuh doa doa harapan datangnya akhir tiap makhluk karena saat semua menjadi bangkai maka disitulah sajak kita yang sudah berubah menjadi burung nazar itu akan berpesta melepas rasa lapar Sajak kita burung nazar kadang berebut makanan dengan elang bersetegang wilayah dengan para singa berpacu dengan ulat belatung dalam perlombaan mengunyah daging mentah buruan untuk melegakan kelaparan yang datang Burung nazar yang kita sajakkan dalam kumpulan kata beranak pinak ditakdirkan untuk mengunyah bangkai hingga kemudian berlahan lahan mengunyah dirinya sendiri. Sajak kita memang pemakan segalanya yang ditakdirkan sangat rakus sekali. Padang,

Membaca Sajakmu

Dalam sajakmu ada kisah perang yang kudapati bergumul hingga bait akhir Tapi ada terselip seonggok kubur oh... bukan seonggok tapi beberapa di tiap spasi yang bernisankan titik dijaga oleh malaikat yang bertengger di tiap huruf vokal. Dalam sajakmu ada kisah cinta yang kudapati berciuman di dua bait tengah Tapi ada terselip seonggok dendam oh... bukan seonggok tapi beberapa di tiap spasi yang berhulukan titik dijaga oleh hati yang berhijabkan segala huruf konsonan mati. Dalam sajakmu ada kepingan ragu yang kudapati berulang bunyi pada tepian larik Tapi ada terselip seonggok janji oh... bukan seonggok tapi beberapa di tiap kata yang menulis ulang kamus perbendaharaan kata yang dijaga oleh penyair hingga matinya. Padang, 2013 Harian Rakyat Sumbar edisi Sabtu 8 November 2014