Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

Gaji Pimpinan di Muhammadiyah

BELUM SEMUA KENAL MUHAMMADIYAH,,, 😍😍😍 Seorang pengurus yayasan bertanya: "Berapa gaji pengurus Muhammadiyah yang tertinggi dan terendah?” “Pimpinan tidak ada yang digaji, hanya karyawan yg digaji” jawab saya.  “Apa benar ? Kalau begitu dari mana sumber ekonomi mereka ?” “Semua pimpinan Muhammadiyah punya pekerjaan, tidak menganggur”. "Bagaimana kalau tugas Muhammadiyah bersamaan dengan tugas pekerjaan?” “Jika waktu berbenturan, tugas pekerjaan didahulukan, baru Muhammadiyah”. “Kalau begitu tidak profesional karena menomorduakan Muhammadiyah” “Mungkin menurut orang lain tidak profesional. Tetapi itu lebih baik karena semua pimpinan Muhammadiyah tidak ada yang berfikir mengurusi Muhammadiyah sebagai profesi. Semua berniat sbg pengabdian. Yang penting dilakukan penuh kesungguhan dan sepenuh kemampuan”.  Dahulu pernah ada gagasan memberi gaji kepada pimpinan Muıammadiyah  supaya waktu dan perhatiannya bisa penuh kepada pesyarikatan. Tanggapan Pak AR  ketika ditanya:  ”Itu niat

Sediakah Mengobati Luka Hamba?

Ah, luka... Seingatku masih direndamkan pada cuka Masih ligat 'tuk bersimpuh di bujur nisan Masih semangat menggoresi nadi Masih menikamkan khawatir pada lingkar mata yang menghitam Ataupun juga pada coreng arang di dahi Berselonjor menggerogoti jengkal leher sampai putus Pun menyiramkan perih pada rindu yang legam Luka... Ditinjau dari sudut mana sajalah Hasilnya memberi perih juga memerihkan Bila adinda ada memiliki obat Sediakah duhai menyembuhkan luka hamba?   30102012/15:23

NEW YORK, IT'S SUMMER

Via JFK New York dipijak jam 10 malam Commuter di Subway, jalanan yang ramai Kota Manhattan di ujung jarum jam 3 pagi Tiap irama mengirim denyut ramainya Subhanallah luar biasa Ekspresi menjadi gila, apartemen cuma disinggahi tas saja Memperawani New York cukup dengan 2 Dollar saja harganya Sebab trotoarnya luas-luas, lebar-lebar. Jalan kaki mencuci mata sekaligus olahraga pula Map Subway, City Map. Atau juga Cellphone terintegrasi aplikasi Google Map : "Use the technology, dude !" Tak perlu beramah tamah pun juga senyum sapa pada lalu lalang "New York defines what individuality means". New Yorkers jalannya cepat, mengikutinya bagai berlari saja Tak usah tanya-tanya alamat, ingat ini selalu : "use the technology, dude !" Ditengah-tengah kota maksud hati berserak-serak pun mengalir kemana-mana Godaan avenue-avenue membuat itinerary yang disusun setengah senewen itu menjadi sampah, sia-sia bin mubazirun Maka disinilah didefenisikan musim s

Pengurus FAM Wilayah Sumbar Resmi Terbentuk

PADANG -  Kepengurusan Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia Wilayah Sumatera Barat periode 2012-2013 resmi terbentuk. Terpilih sebagai Koordinator Wilayah adalah Nuh Rafi (FAM Pariaman), Sekretaris Denni Meilizon (FAM Padang) dan Bendahara, Rahmizakia Rifka (FAM Padang). Salah seorang inisiator pembentukan FAM Wilayah Sumatera Barat, Befaldo Angga, Sabtu (20/10/2012) mengatakan, pembentukan kepengurusan FAM Wilayah Sumatera Barat berlangsung pada Ahad (14/10) lalu di Tabing, Padang. Dihadiri beberapa anggota FAM daerah di Sumatera Barat. “Rencana pembentukannya sudah dimusyawarahkan tiga bulan sebelumnya. Kami menganggap kepengurusan ini penting untuk melakukan konsolidasi organisasi sehingga kegiatan-kegiatan FAM dapat terlaksana dengan baik, yaitu menyebarkan semangat kecintaan membaca buku dan menulis di kalangan generasi muda,” ujar Befaldo Angga seperti dikutip dari pers relis yang diterima padangmedia.com, Sabtu (20/10). Dengan terbentuknya kepengurusan FAM Wilaya

SI KATAK DAN SI KERBAU BERBUNYI NONG NING NONG NING

nong...ning..nong..ning.. ! saku-saku setampuk kepala kisut jemari berpikir enggan pagar-pagar diloncati mimpi putik-putik dibawa silaturrahim mentari berkisar pada usia dititip pada bibir kaki-kaki kebas meraba genang darah nong...ning...nong...ning...! saku-saku setampuk kepala tari-tari berima duri-duri gigi-gigi menggigit basi usus-usus menggiling nol tut kentut berbau rindang nong...ning...nong...ning...!                                KAU PIKIR KAU ADA MAKA ADALAH KAU! nong...ning...nong...ning...! ada katak memakai dasi celana pantolan kemeja licin beragi dari tenggorakannya berbunyi bangsat lengannya terdiri dari campuran lengket beracun diam-diam dia meloncati pagar hinggap di empat ketiak si kerbau yang memamah biak sedari tadi di kebun belakang rumah. nong...ning...nong...ning...!

PENGANTAR BUKU PUISI KIDUNG PENGELANA HUJAN (DENNI MEILIZON)

“KARENA AKU ADALAH PUISI” PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH UNTUK ORANG-ORANG BAIK Aku adalah puisi. Kita adalah puisi. Seluruh alam semesta adalah puisi. Seluruh ciptaan Allah bagai berpuisi memuja kebesaran-Nya. Sebab sebuah proses adalah rangkai puisi dimana keindahan dan keteraturan menjadi sunnatullah. Alangkah pentingnya berpuisi. Setidaknya bagi diriku. Namun, akan menjadi pahala pula bila puisi-puisiku ini kemudian bisa dibagi untuk dapat memberi hiburan, kesenangan dan pencerahan kepada sesama, penikmat sastra Indonesia. Adalah sebuah berkah dan keberuntungan bagi saya dilahirkan di ranah Minangkabau. Alam Minangkabau benar-benar sangat eksotis, menenteramkan, penuh inspirasi yang memperkaya imajinasi serta sudut pandang saya dalam memaknai keindahan, kedinamisan serta kearifan lokal yang sebahagian besar masih terjaga dalam tegak adat istiadat dan prilaku beragama Islam. Memang ada terdapat riak-riak yang mengotori nilai-nilai moral yang telah menjadi sem

DI SEBUAH RUMAH

Seorang ibu menyicil gamang pada kerlip lentera Pada lirih dia berbisik kelu Besok pagi aku tak menanak nasi Lalu tepat diwajah anak-anaknya menetes air mata Beras tandas di dalam sopo Rezeki anak beranak ini di bawa mati Saat ayah dibungkus kain kafan. 1610201213:08

15 OKTOBER

Malam ini adalah hasil kolaborasi antara dingin, kesunyian dan kemegahan hati Sebaris ayat-ayat suci tentang diciptakannya makhluk saling berpasangan dan segenggam cinta di bahasakan dalam lantunan merdu mengalir syahdu Maka dititik inilah aku tuai kerinduan pada sepokok pohon mahligai kehidupan Pada kapal-kapal dipelataran lautan Atau pada biduk di riak danau Dan kemudian kugenapkan pada lingkar jemari serta pada ijab dan kabul Yang terucap sembari di saksikan semesta Sejak ku pinang engkau, maka sudah ku benar-benarkan dalam niat Bahwa engkau akan ku bawa memasuki Surga-Nya Tidak ke Neraka-Nya.   15 Oktober, saat sebuah sunnah di makbulkan tuhan disebuah rumah kediaman

Endorsement Buku Puisi Tunggal “Kidung Pengelana Hujan” Karya Denni Meilizon

Pergilah ke toko buku. Perhatikan, banyak buku 'kacangan' tidak bernilai di etalase depan laris ludes dibeli orang, sementara buku-buku yang bernilai malah tidak laris. Contohya adalah buku-buku puisi. Lantas, mengapa kita masih menulis puisi dan menerbitkannya? Saya harus membereskan pertanyaan ini dengan jawaban mudah: "Karena penulis puisi adalah orang-orang yang masih percaya kepada kekuatan kata. Masih menghargai detak-detak rasa dan mampu berdialog dengan diri sendiri." Denni Meilizon meyakini itu, dan kita menghargai keyakinannya. Saya terperangah membaca ayat-ayat yang ditulisnya, terbentur dan terantuk, tapi saya terus membaca. Ada diri kami di sana, gamang menggelepar, diam mengapurancang, tetapi tetap gagah menantang takdir. Denni mengajari saya bahwa ketika orang-orang sekitar saling bicara kosong satu sama lain, kita justru telah mengerti makna dan sudah memperbaiki hidup saat kita bercakap- cakap dengan diri sendiri. · ~ IzHarry Agusjaya Moenzir · Penul

GAJAH DIPELUPUK MATA MENARI-NARI

Hidup sudah mengais dalam beri pinta yang menyangkut ditenggorokan Kehilangan proses yang damba mencoreti malang pada debu dan muram Terhunus mata menghunjam ke dalam semak-semak gersang di hati Bermiang ucap dilekatkan disela bibir sembari mata sudah berbicara sendiri-sendiri Maka nyawa disambung nasib bertumpu diatas trotoar dan gilas roda angkuh Menjelma menjadi gajah yang menari-nari dipelupuk mata mempertanyakan kata yang terhambur di mimbar-mimbar Lalu untuk apa pula gunanya sajadah dihamparkan sepanjang-panjangnya Bila masih tungau itu yang dibahas di tiap forum berkelas di hotel-hotel mewah Lihat kini, gajah dipelupuk mata itu Mereka berakrobat dengan hari-hari yang menghembuskan khianat nurani dari modernisasi Lihat kini, gajah dipelupuk mata itu Lihatlah… !! Maka tungau yang sering dibicarakan itu nilainya cuma se upil saja Tidak lebih.. !!! 111012

Cerita Subuh Tadi

Aku masih berkutat dengan lembaran-lembaran penuh angka yang disusun berkolom-kolom itu. Ini sudah masuk sepertiga malam. Mata terasa berpasir. Ubun-ubun sudah dalam titik jenuh meminta untuk diistirahatkan. Ahh... sudah pukul berapa ini ? Aroma ruangan ini sudah sesak. Berlapis-lapis bau bersusun-susun membelai-belai penciuman. Aroma makanan yang sudah mulai basi, aroma makanan yang baru saja dibeli oleh seorang kawan, aroma asap rokok, aroma keringat, aroma jenuh, aroma AC yang mengeluarkan bunyi menggerung tanda sudah setengah hati berkompromi berkawan dengan suasana ruangan ini dan aroma syaiton yang berbisik untuk mengakhiri pekerjaan, tidur di atas sofa untuk selanjutnya menghanyutkan waktu subuh yang sebentar lagi mendekat. Sudah jam berapa sekarang? Angka-angka berdigit enam dan tujuh itu kadang sudah menjelma menjadi titik-titik hitam saja. Kadang pula mata sudah salah menafsirkan bentuknya. Maka jadilah angka 0 menjadi angka 8, atau angka 5 terlihat a

PADA SUATU HARI

Air beriak dalam kesunyian yang misterius. Angin berhembus lirih membisikkan kidung nyanyian daun, kulit pohon dan tarian perdu. Ada tarian di puncak bukit melewakan pelangi yang menembus horizon bertahta langit. Sihir awan mengundang seludang rindu berbentuk mayang merona jingga. Serenade bersimfoni mengharapkan khalwat bersama kepak sayap burung-burung.  Selepas pandang bermanja dalam tataran kehijauan, gemericik sungai membelah keseharian berselimut kerling matahari. Keciap anak buaya, katak, atau kecipak ikan menasbihkan pesona penuh syukur. Rumpun-rumpun padi bertingkah menggoda gerombolan emprit, jalak kerbau, belekok sawah, ungkut-ungkut dan kenari dipokok-pokok dahan. Menyeruak tegak pada posisi semestinya sebuah dangau bertengger mengirimkan aroma sedap hidangan kehidupan. Menitipkan pesan kepada bayang-bayang untuk bergerak menuju sudut-sudut tegak lurus hingga menghilang. Hari sudah berbalut lelah dan berkeringat. Sejenak kemudian bagai berlomba selur

Ingin Tulisanmu Diterbitkan Jadi Buku? Begini Caranya...

Ada pepatah mengatakan, di mana ada kemauan dan kerja keras, di situlah ada jalan kesuksesan. Namun ternyata, jika kamu ingin menjadi penulis dan berharap tulisanmu bisa diterbitkan menjadi buku, rupanya pepatah itu tidak cukup hanya sampai di situ. Diperlukan lebih dari kemauan dan kerja keras untuk membuahkan tulisan atau naskah milikmu diterbitkan menjadi buku. Ada beberapa hal yang mesti kamu pahami dan kuasai untuk membuat naskahmu dianggap layak terbit sebagai buku. Hal ini diungkapkan oleh Editor Buku Kelompok Penerbit Kompas Gramedia, Rina Buntaran. Dalam perbincangan dengan Kompas.com, Rina bercerita, kerap kali calon-calon penulis terutama kaum muda tidak mengerti apa sebetulnya esensi menjadi penulis agar naskahnya bisa diterbitkan menjadi buku. "Banyak penulis-penulis muda yang datang ke kami, berharap naskahnya bisa diterbitkan. Tapi dalam diskusi kemudian, mereka banyak yang masih belum tahu apa sih yang ingin mereka jual dalam tulisannya agar p

PIJAR HEROIK #2 : membaca kisah tentang sosok heroik sepanjang masa !

Genre : Kumpulan kisah nyata tentang perjuangan Ibu Penulis : Boneka Lilin et Boliners Editor : Boneka Lilin Layout : Boneka Lilin Design Cover : Ary Hansamu Harfeey Penerbit : Penerbit Harfeey ISBN : 978-602-18917-1-1 Tebal : 165 Hlm; 14,8 x 21 cm (A5) Harga : Rp 40.000,-   Penulis Kontributor : Boneka Lilin, Ary Hansamu Harfeey, Dian Eka Putri Mangedong, Denni Meilizon, Andik Chefasa, Rizki Alawiya, Amelia Erlinda Amer, Peri Bulan, Gengtik Grammar K, Nikky Vianti, Izzumi Haruki, Ahmad Ibnu Nahl, Intan Daswan, Rinda R. Latifah, Supriyadi, Fuatuttaqwiyah El Adiba, Marjan Anura, Vita Ayu Kusuma Dewi, Nai Saras, Vina V. Katerwilson, Eisya Shiraz, Iwan Wungkul, Febri Nina Fath Ratu, Tahiruddin Tawil, Day Diyanti, Tri Laxmi Fitrikc, Kiky Aurora, Nenny Makmun, Elisa Koraag, Marisa Dwi Kusuma Wardani, Septiani Ananda Putri. SINOPSIS Bukan sekedar kisah yang merangkum sosok renta yang gemar mengumpulkan karet gelang dan kantong kresek bekas di gantungan rak. Buka

Denny S. Batubara : Denni Membawa Saya Bernostalgia Akan Segala Hal

*(Tulisan ini sebagai sebuah catatan dan endorsement dari buku Kumpulan Puisi KIDUNG PENGELANA HUJAN) Membaca puisi goresan tangan Denni M e ilizon membawa ingatan saya menerawang jauh. Utamanya ke kampung halaman tercinta di sebuah ujung Ranah Minang, tanah Sumatera Barat yang didiami mayoritas suku Mandailing. Disana kami diajarkan untuk saling menghormati, dengan semboyan "Dimana langit dipijak disana langit dijunjung". Puisi-puisi Denni cukup beragam, Denni menulis semua hal tentang hidup dan apa yang ada di hadapannya. Tidak mau terbelenggu pada satu keharusan topik tertentu. Maka kita bisa menikmati arti sebuah kerinduan akan kampung halaman, arti sebuah cinta dan juga dibawa ke ranah religius. Sebuah perpaduan yang sangat romantis. Secara pribadi, puisi-puisi Denni membawa saya bernostalgia akan segala hal. Seperti sudah digariskan oleh-Nya, saya berasal dari kampung yang sama dengan Denni, Silaping, Ranah Batahan, Pasaman Barat. Dan seperti sudah digaris