BELUM SEMUA KENAL MUHAMMADIYAH,,, 😍😍😍 Seorang pengurus yayasan bertanya: "Berapa gaji pengurus Muhammadiyah yang tertinggi dan terendah?” “Pimpinan tidak ada yang digaji, hanya karyawan yg digaji” jawab saya. “Apa benar ? Kalau begitu dari mana sumber ekonomi mereka ?” “Semua pimpinan Muhammadiyah punya pekerjaan, tidak menganggur”. "Bagaimana kalau tugas Muhammadiyah bersamaan dengan tugas pekerjaan?” “Jika waktu berbenturan, tugas pekerjaan didahulukan, baru Muhammadiyah”. “Kalau begitu tidak profesional karena menomorduakan Muhammadiyah” “Mungkin menurut orang lain tidak profesional. Tetapi itu lebih baik karena semua pimpinan Muhammadiyah tidak ada yang berfikir mengurusi Muhammadiyah sebagai profesi. Semua berniat sbg pengabdian. Yang penting dilakukan penuh kesungguhan dan sepenuh kemampuan”. Dahulu pernah ada gagasan memberi gaji kepada pimpinan Muıammadiyah supaya waktu dan perhatiannya bisa penuh kepada pesyarikatan. Tanggapan Pak AR ketika ditanya:...

Membaca puisi goresan tangan Denni Meilizon membawa ingatan saya menerawang jauh. Utamanya ke kampung halaman tercinta di sebuah ujung Ranah Minang, tanah Sumatera Barat yang didiami mayoritas suku Mandailing. Disana kami diajarkan untuk saling menghormati, dengan semboyan "Dimana langit dipijak disana langit dijunjung".
Puisi-puisi Denni cukup beragam, Denni menulis semua hal tentang hidup dan apa yang ada di hadapannya. Tidak mau terbelenggu pada satu keharusan topik tertentu. Maka kita bisa menikmati arti sebuah kerinduan akan kampung halaman, arti sebuah cinta dan juga dibawa ke ranah religius. Sebuah perpaduan yang sangat romantis. Secara pribadi, puisi-puisi Denni membawa saya bernostalgia akan segala hal. Seperti sudah digariskan oleh-Nya, saya berasal dari kampung yang sama dengan Denni, Silaping, Ranah Batahan, Pasaman Barat.
Dan seperti sudah digariskan pula, jalan hidup saya seperti dibuat nyaris sama. Sama-sama merantau sejak SMA, sama-sama meneruskan pendidikan ke Ilmu Komunikasi Fisip USU Medan. Dan yang unik pula, nama kami sama-sama Denni. Meskipun berbeda di huruf terakhirnya, Denny dan Denni.
Kumpulan puisi Denni ini membuat saya bahagia, terutama pada kenyataan pada lahirnya penulis-penulis handal dari Ranah Batahan khususnya dan dari Pasaman Barat dan Sumbar umumnya. Saya yakin, karya-karya lain akan lahir dari Denni, juga dari anak-anak muda kreatif lainnya. Sebuah karya yang berharga di tengah keringnya karya-karya bernas dan menginspirasi. Teruslah berkarya.
Denny S. Batubara
Jurnalis, bekerja sebagai
news produser di Beritasatu TV (First Media News). Alumnus Ilmu Komunikasi
Fisip USU Medan, saat ini sedang menimba ilmu di Magister Ilmu Komunikasi
Universitas Mercu Buana Jakarta. Pernah bekerja sebagai jurnalis di Harian
Media Indonesia dan Metro TV.
Komentar
Posting Komentar
Selamat datang dan membaca tulisan dalam Blog ini. Silakan tinggalkan komentar sebagai tanda sudah berkunjung, salam dan bahagia selalu.