Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Gaji Pimpinan di Muhammadiyah

BELUM SEMUA KENAL MUHAMMADIYAH,,, 😍😍😍 Seorang pengurus yayasan bertanya: "Berapa gaji pengurus Muhammadiyah yang tertinggi dan terendah?” “Pimpinan tidak ada yang digaji, hanya karyawan yg digaji” jawab saya.  “Apa benar ? Kalau begitu dari mana sumber ekonomi mereka ?” “Semua pimpinan Muhammadiyah punya pekerjaan, tidak menganggur”. "Bagaimana kalau tugas Muhammadiyah bersamaan dengan tugas pekerjaan?” “Jika waktu berbenturan, tugas pekerjaan didahulukan, baru Muhammadiyah”. “Kalau begitu tidak profesional karena menomorduakan Muhammadiyah” “Mungkin menurut orang lain tidak profesional. Tetapi itu lebih baik karena semua pimpinan Muhammadiyah tidak ada yang berfikir mengurusi Muhammadiyah sebagai profesi. Semua berniat sbg pengabdian. Yang penting dilakukan penuh kesungguhan dan sepenuh kemampuan”.  Dahulu pernah ada gagasan memberi gaji kepada pimpinan Muıammadiyah  supaya waktu dan perhatiannya bisa penuh kepada pesyarikatan. Tanggapan Pak AR  ketika ditanya:  ”Itu niat

Menjual Salak Sampai ke Seberang

Anak, apakah kau ingin melihat mekkah Lihatlah dalam kulit limau manis ini Pasang matamu lebar-lebar Licin kulit limau ini manis air kiawai ini Apabila kuat kau tahan humus tanah itu Dari godaan setan sawit yang menggoda iman Kau akan sampai ke gerbang masjidil haram Tetapi kebun kampung sebelah berlumur sawit, Bapak Orang malaysia menanam benih sampai ke sini Menawarkan mekkah juga, kok Di setiap biji sawit dalam timbangan Bapak, kata mereka sawit alangkah cepat Bisa mengantarkan masjidil haram ke rumah kita Anak, apakah kau ingin melihat mekkah Lihatlah dalam sisik kulit salak kebun paroman Hitam kulit dan bijinya Putih bersih daging buahnya Manis ke pangkal jantung aduhai rasanya Apabila kau kuat menahan godaan iman Dari setan sawit yang gembur di kampung sebelah Kau akan sampai jua ke gerbang masjidil haram Tetapi dunia lebih suka salak bali dan pondoh, Bapak Dan kita tidak terbiasa menjual salak sampai ke seberang Bapak, tan

Ke mana Air Susu Ibu Mengalir

Ke mana air susu Ibu mengalir Tanah kita sudah malih rupa Dari sungai menghempas kepada minyak nabati Orang lepau sepanjang batahan Lepas tertawa tak peduli lagi Tuba juga air susu Ibu Di dalam putik mengkal sawit muda Orang taming lupa cara bertanam ladang Sebagaimana orang batahan juga lupa Rasa beras yang ditumbuk di muara mais Hai , kita bangun saja rumah di sungai batahan Dinding tebing berhalaman berbatu Memakan ikan kaleng setiap buka larangan Tak ada lagi mera, aruting dan siating Tak ada lagi gadis manis penjaja lading-lading Kita biasakan saja makan kue yang dikotakkan Kue bikinan orang siantar Snack keriuk berderuk di televisi kita Tuba juga air susu Ibu Seperti pahitnya rasa malam Ketika gardu lampu padam tak tentu Maka benarlah kata Ibu dulu Nyalakan lampu togok mu Tapi jangan padamkan lampu orang lain. 2016 Halaman CAGAK, Harian Padang Ekspres, Minggu 4 September 2016

Dalam Gelimang Gulai Pisang

Tongga, jagalah gemerincing hiasan pedang raja Raja alam pemilik halaman bolak Panji-panji seribu kaum Kerabat jauh kerabat tali leher Jagalah tiap ulayat kami, Tongga Sepanjang tali adat di halaman na bolak itu Tortorkan raja-raja beserta anak namboru nya Sampaikah bunyi ogung ke air latong Helat raja di dalam gelimang gulai pisang Gulai cempedak dan gulai manis daging kambing Jemputlah ninik ke air geringging Bunyikan canang di dalam cerana Pada lapis daun sirih, pada serbuk gambir tua Pada gurat pinang masak Pada setiap obar dari mulutmu Jawab salam dari raja alam Penaka tali sendi adat, pemilik gelar segala sutan Tongga, onang-onang sudah di ende kan Lecut kudamu secepat mungkin Malam datang membuka gelanggang. 2016 Halaman CAGAK, Harian Padang Ekspres, Minggu 4 September 2016

Kerbau Lepas dari Gelanggang

Bukankah kita sudah menanam Anak panah juga mata baji Degup kontainer di jumbaten gantuong Desah air siorbo dimandikan kerbau Kita memanah enggang yang pulang Lalu meneguk rindu di tepi air bayang Air bayang meruncing di ujunggading Menusuk perut kerbau lepas dari gelanggang Pada suatu senja yang berdebur Karat besi jumbaten gantuong kita kumpulkan Kau menyuruhku membakar semua ingatan Larung katamu, ke deras siorbo katamu Sisakan kenangan untuk air bayang, katamu Kuberikan kau anak-anak panah dan mata baji Dari tetumbuhan merambat di sela bebatuan Tepian sungai siorbo hingga air bayang Menderet tarombo hingga tubuh terkangkang. 2016 Halaman CAGAK, Harian Padang Ekspres, Minggu 4 September 2016

Tanah Ibu Dalam Kecampang

Orang-orang yang datang Membawa tanah Ibu dalam kecampang Kuda beban dari seberang Membangun rumah alang-alang Orang-orang yang lasak Menimba perut sungai air pasak Nyanyian berisik menari rentak Mengumpul sebuhul sekali sentak Orang kampung menabuh gendang Telah rampung perhitungan di air gedang Untung nasib dari seberang Pacullah pacul tanah diregang Orang-orang yang datang Orang-orang yang lasak Alang-alang tanah seberang Regangkan tanah sekali sentak. 2016   Halaman CAGAK, Harian padang Ekspres Minggu 4 September 2016

Buah Khuldi di Dalam Amsal

Tak ada dengkur hutan di hulu Ladang panjang di tepi siabu Air siabu sungai putih susu Dulu, aum harimau ada dibalik daun paku Tak ada tidur hutan di muara Rama-rama siamang rusa Buah rambutan aloban pohon para Decit sialang di mulut buaya Tapi sulur rotan di air napal Kelat buah khuldi dalam amsal Muara simpul semua asal Air siabu air napal        Jatuh mengilir di atas bantal.   2016 Halaman CAGAK, Harian Padang Ekspres Minggu 4 September 2016

SANGKABULAN

Oleh: Denni Meilizon (Dimuat oleh Harian SINGGALANG edisi Minggu, 28 Agustus 2016 halaman Khasanah) DARI mana mimpi itu datang? Edwar tak mengerti. Awalnya ia seekor ikan yang berenang dan menyelami palung sebuah danau, mengaduk lumpur busuk di dasarnya lalu melompat tinggi menggapai langit biru (ataukah merah?) dan kini tiba-tiba saja ia berada di atas tempat tidur; kehabisan napas, mengerjap-ngerjapkan mata, gamang dan perlahan menyadari kehadiran orang-orang di sekelilingnya (sebelumnya seseorang telah menyemburkan air yang membuat wajahnya basah dan kini ia merasa dingin), sampai saat itu ia masih belum mengerti. “Sutan Laut Api!” Edwar terbeliak. Ia mendengar suara itu lagi.

TAPI RAHIM IBU, BAGAIMANA KITA KEMBALI

Oleh: Denni Meilizon Aku tak tahu bahwa Adakah suatu dunia di mana Tak ada perbendaharaan kata: Teror dan ketakutan Menjadi bagian kehidupan manusia di sana. Darah kita dibangun dari Ingatan purba. Sejak Ayah Memancarkan air hina Dan kita berjuang hidup mati Menuju dunia baru: Sebuah indung telur yang melayang Dalam kegelapan rahim

INILAH CARA MEMBUNUH SAUDARA SENDIRI

 Oleh: Denni Meilizon Ketika kampak Ibrahim dilihat Namrudz Mengalung pada leher patung terbesar Bagi sang raja itu sebuah teror yang mesti Diselesaikan dengan mengobarkan api Dan melemparkan tubuh Ibrahim Ke tengah api menyala sebagai sebuah pesan Teror kepada khalayak ramai bahwa Siapa saja yang mengancam singgasananya Akan bernasib sama dengan Ibrahim Sayangnya ia tak tahu kalau seekor burung kecil Mengencingi api itu Dan seorang Malaikat memeluk Ibrahim hingga: Api dinginlah api, dinginlah api. Selamatkan Ibrahim! Seekor nyamuk dikemudian hari Meneror Raja Namrudz tanpa permisi Masuk ke dalam hidungnya Dan sang raja mati seketika.

Matinya Toko Buku Kami, Buku-buku yang Merindukan Pembacanya

(Artikel berikut merupakan saduran lengkap dari sebuah status di laman akun FB Boy Chandra , seorang Penulis Indonesia) Bacalah Sampai Habis. Ini Penting! Akhir-akhir ini ada beberapa hal yang membuat sedih di dunia perbukuan dan membaca di Indonesia. Selain fakta bahwa minat baca orang Indonesia yang semakin rendah. Berdasarkan 61 negara di dunia yang memiliki daftar literatur, kedudukan Indonesia berada pada peringkat nomor 60. Kita bahkan minat baca yang paling rendah. Hampir menjadi nomor terakhir, dan itu mungkin saja, jika tidak ada perubahan akan kebiasaan membaca . Sementara dari data Perpusnas, orang Indonesia hanya membaca 0-1 buku pertahun. Jumlah itu jauh lebih rendah dibanding data penduduk ASEAN yang lain, yang rata-rata membaca 2-3 buku pertahun. Sementara warga amerika serikat terbiasa membaca 10-20 buku pertahun. Orang Jepang rata-rata membaca 0-15 buku pertahun. Rata-rata negara maju adalah negara yang penduduknya rajin membaca.