Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Gaji Pimpinan di Muhammadiyah

BELUM SEMUA KENAL MUHAMMADIYAH,,, 😍😍😍 Seorang pengurus yayasan bertanya: "Berapa gaji pengurus Muhammadiyah yang tertinggi dan terendah?” “Pimpinan tidak ada yang digaji, hanya karyawan yg digaji” jawab saya.  “Apa benar ? Kalau begitu dari mana sumber ekonomi mereka ?” “Semua pimpinan Muhammadiyah punya pekerjaan, tidak menganggur”. "Bagaimana kalau tugas Muhammadiyah bersamaan dengan tugas pekerjaan?” “Jika waktu berbenturan, tugas pekerjaan didahulukan, baru Muhammadiyah”. “Kalau begitu tidak profesional karena menomorduakan Muhammadiyah” “Mungkin menurut orang lain tidak profesional. Tetapi itu lebih baik karena semua pimpinan Muhammadiyah tidak ada yang berfikir mengurusi Muhammadiyah sebagai profesi. Semua berniat sbg pengabdian. Yang penting dilakukan penuh kesungguhan dan sepenuh kemampuan”.  Dahulu pernah ada gagasan memberi gaji kepada pimpinan Muıammadiyah  supaya waktu dan perhatiannya bisa penuh kepada pesyarikatan. Tanggapan Pak AR  ketika ditanya:  ”Itu niat

“Kapak” Sutardji Calzoum Bachri: Upaya Memecahkan Kemampatan Hidup

Oleh; Dasril Ahmad MENIKMATI sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri kita diajak untuk ikut serta menelaah imaji-imaji yang dikemukakannya. Di samping dalam sajak-sajaknya Sutardji selalu berupaya untuk menemukan bahasa yang baru. Bahasa sajaknya sendiri.

Intensitas Perasaan *)

Oleh : Dasril Ahmad KITA sering tak peduli terhadap pengistilahan, sebutan ataupun julukan yang diberikan sehubungan dengan kreativitas yang kita lakukan. Dalam dunia sastra, misalnya, sudah lama dikenal sebutan pengarang dan penyair. Sikap ketidakpedulian kita terhadap penyebutan ini, membuat kita selama ini tak pernah mengusik perbedaan antara dua sebutan tersebut. Tilikan kita justru cenderung menyejajarkannya. Seorang penyair biasanya disebut juga seorang pengarang, begitu juga sebaliknya. Malah, sebutan pengarang itu dipandang mempunyai jangkauan yang luas pula, seperti seseorang yang mengarang syair, seseorang yang mengarang cerpen, novel, esei dan lain sebagainya. Dengan demikian, kita merasa tak perlu berbantahan jika seorang penyair, cerpenis, novelis dan eseis disebut sebagai pengarang. Begitulah adanya.

Ami Priyono:

“Salah Asuhan” Punya Pesan Universal *) Oleh: Dasril Ahmad Ami Priyono, Aktor dan sutradara film KARYA sastra yang baik adalah karya yang punya pesan-pesan universal. Hal ini membuat karya itu abadi, tidak luntur ditelan lintasan waktu dan persoalan zaman. Novel “Salah Asuhan” karya Abdoel Moeis itu, misalnya, merupakan sebuah karya sastra Indonesia yang baik dan abadi karena di dalamnya terkandung pesan-pesan universal itu tadi. Itu pula sebabnya, meski novel itu kini telah berusia 65 tahun (sejak diterbitkan pertama tahun 1928), namun persoalan berikut pesan-pesan yang disampaikannya masih tetap relevan sampai sekarang. Beralasanlah jika novel itu masih enak dibaca dan dinikmati saat ini, apalagi kalau dijadikan film dan sinetron.

Sajak-Sajak Yanie Wuryandari:

Merekam Kenangan Secara Artistik Oleh : Dasril Ahmad MEMBACA sajak untuk memahami makna yang dikandungnya tidaklah mudah, meskipun kita tahu bahwa pemaknaan karya sastra lebih bersifat multitafsir. Semakin banyak tafsiran yang diberikan kepada karya sastra, dipandang semakin bermutu karya sastra tersebut. Hal ini sejalan dengan pandangan bahwa karya sastra tidak hanya mengandung satu kemungkinan penafsiran, tetapi banyak, dan sastra selalu terbuka terhadap penafsiran-penafsiran baru yang diberikan kepadanya. Namun demikian, setiap penafsiran yang diberikan haruslah bisa dikembalikan kepada karya sastra itu sendiri secara elegan disertai argumentasi yang jelas. Dalam hal ini, sama sekali harus dihindari penafsiran yang artifisial.

Sajak Burung Nazar

Sajak kita sudah berubah menjadi burung nazar matanya yang mengintai awas menciumi udara amis berbau bangkai suaranya menguik keras kelaparan tiba-tiba mengajak kumpulannya untuk berpesta pora Sajak kita sebagai burung nazar dalam kumpulan yang sama liarnya Adalah kelaparan pada kematian kehidupan Mungkin saja sajak kita penuh doa doa harapan datangnya akhir tiap makhluk karena saat semua menjadi bangkai maka disitulah sajak kita yang sudah berubah menjadi burung nazar itu akan berpesta melepas rasa lapar Sajak kita burung nazar kadang berebut makanan dengan elang bersetegang wilayah dengan para singa berpacu dengan ulat belatung dalam perlombaan mengunyah daging mentah buruan untuk melegakan kelaparan yang datang Burung nazar yang kita sajakkan dalam kumpulan kata beranak pinak ditakdirkan untuk mengunyah bangkai hingga kemudian berlahan lahan mengunyah dirinya sendiri. Sajak kita memang pemakan segalanya yang ditakdirkan sangat rakus sekali. Padang,

Membaca Sajakmu

Dalam sajakmu ada kisah perang yang kudapati bergumul hingga bait akhir Tapi ada terselip seonggok kubur oh... bukan seonggok tapi beberapa di tiap spasi yang bernisankan titik dijaga oleh malaikat yang bertengger di tiap huruf vokal. Dalam sajakmu ada kisah cinta yang kudapati berciuman di dua bait tengah Tapi ada terselip seonggok dendam oh... bukan seonggok tapi beberapa di tiap spasi yang berhulukan titik dijaga oleh hati yang berhijabkan segala huruf konsonan mati. Dalam sajakmu ada kepingan ragu yang kudapati berulang bunyi pada tepian larik Tapi ada terselip seonggok janji oh... bukan seonggok tapi beberapa di tiap kata yang menulis ulang kamus perbendaharaan kata yang dijaga oleh penyair hingga matinya. Padang, 2013 Harian Rakyat Sumbar edisi Sabtu 8 November 2014

TEMBANG NGARAI

pada ngarai yang menyungai, di lembah matamu matahari menyingsing bersembunyi melebur mengipasi angin ketika menelisik dedaun pinus kemudian membisiki rerumputan merayu para-para dalam kepalaku untuk menyelam sedalam-dalamnya aku merindukan kesyahduan ngarai itu merambati tebing-tebingnya lalu menyapa unggas yang asyik membina kediaman di ceruknya menyoal kebisingan hari di atas sana mencari damai di mana kusandarkan mimpi ketika segala takdir lalu memupuh membunuh hati yang menyemak adakah, adakah ? dalam matamu pula merambat cerita kita hanyut mengilir bermandi matahari remang remang, rembang rembang menembang kembang kembang hiasi ngarai yang syahdu menyentak mimpi yang tersandar mungkin saja kita telah butuh sebuah perahu adakah mungkin telah tiba saatnya membawa takdir untuk berlayar Ya, terhadap ritual matahari yang kerap menyingsing setelah meminum air ngarai di matamu merebut seluruh takdir yang terhunus sejak pandang pertama. Lubuk Minturun, Se

Malam Kepulangan

Diam bukan kita teguk maka bicaralah sereguk tentang para beruk di kebun sebelah yang menghabisi panen jambu air setelah semusim lebih dijaga Mak. Lampu bernyala di ruang tengah telong menggantung di nganga beranda decit sungai meniti bebatu teramat dalam singgah pada malam padi telah menjadi sawit dan anak muda acapkali berangkulan birahi di tengah rimba pokok ranum sulur buah sawit coklat kehitaman hujan entah ke mana, dalam bunyi banzi kata matamu, bagaimana aku akan melenggangkan ronggeng, kuda kepang dan silat sigantang itu sedangkan sungai airku tak sampai-sampai ke muara hilang dihisap jelaga mentari menjadi minyak mentah CPO yang harganya entah memakai hitungan apa. batang pasaman kuning mengais warna batahan menghisap humus, menyisir butir pasir hitam seperti hitam rambutmu yang mulai meranggas menyisakan sepetak huma di ujung kening Huma itu mengiris birahi yang dikibarkan sepanjang bebatu lubuk manggis, di situ bebatu menangis, di situ dosa-dosa m

BATAHAN

desah batahan apa kabar? resah bertahan membawa pulang di kampungku rindu terbayang mata bersua sehari sampailah sudah pucuk bukit melaing ke tepian kubawa rantau bersanding lekat ke muara mais tanah pemandian hanyutkanlah aku puput batang padi sawah ladang hinggap di silayang menyeberangkan tanah ketumpahan lubuk gobing sabar menanti batahan, ribuan not lagu di kecipak bebatu ada banzi, gondang, suling dan tambur cengkerama musim di sela jemari kaki silaping bersolek bermanis muka Oh! aku rindu pada siboru lubis, boru matondang dan boru nasution pada derai tawa boru batubara, boru siregar dan boru pulungan Hei! boru harahap kaubawa cintaku ke langit sedang darah tumpahku bermain di silaping bebatu pecahku menyungai berlari, menghempas, menerangi, pintu padang menumbuk gunung tua tambang padang di tepi tubir diseberang tanah menguning sawah mudik tempat mukim para raja membujur kuburan panjang menuju puncak celah sigantang simpang tolang kurindu pula i

Spora

di bebatu, kita makan aneka lumut, di dengus sungai, kita sebar aneka spora, di manis rembulan, kita ngaga aneka mulut, di kerasnya kesunyian, kita belajar aneka suara, bebatu mendengus, lumut memakan aneka spora semanis rembulan di tengah sungai melaung dalam mulut yang menganga membunyikan suara decap aneka spora, lalu meletus di bibir bebatu, dikunyah rakus aneka lumut dalam kesunyian berdekut keras meminta sungai mengalir deras pada ngaga mulut, dengus yang bersahutan, mengecap manis, belajar memakan suara di kerasnya bebatu yang memakan rembulan, di bebatu, spora menjadi lumut di dengus sungai, spora menjadi lumut di manis rembulan, suara menjadi mulut di kerasnya kesunyian, suara menjadi mulut lumut dalam mulut bersuara spora. Lubuk Minturun, Agustus 2014 Dimuat Koran Padang Ekspres edisi Minggu (21 September 2014)

MEMAHAMI PERISTIWA ISRA’ MI’RAJ

(gambar ilustrasi) Setiap berbicara mengenai Isra' dan Mi'raj ini hatiku selalu bergetar, badanku mendingin. Betapa luarbiasanya Allah berencana. Betapa mulianya kita yang ber Islam dan ber Nabi Manusia Pilihan, Muhammad SAW. Betapa Rasulullah terpana dan terpana dalam tiap detik perjalanan itu. Sang Adonai, Tuannya para nabi dan rasul itu masih saja menunjukkan bahwa dia hanyalah manusia biasa yang terpilih dalam takdir Ilahi untuk suatu tugas suci, melanjutkan risalah Allah yang dikumandangkan para nabi dan rasul. Sang Adonai, pemegang kunci-kunci perbendaharaan langit dan bumi ternyata adalah alasan kenapa alam semesta ini diciptakan begitu indah. Muhammad adalah anak manusia, yang di-visikan oleh para nabi bani Israel duduk di sebelah kanan Arsy'. Menerima penghormatan dari segala makhluk di langit dan di bumi. Tiap tanah yang dijejaknya tiada lain akan dilingkupi keberkahan, sebagaimana berkahnya negeri Baitul Maqdis dan sekitarnya. Rasulullah SAW, yang dipang

Sajak-sajak Saya yang Dimuat Suratkabar Harian Singgalang Terbitan Minggu 29 Juni 2014

Ziarah menziarahi tidurmu melamun lelahku bicara doa dekaplah gumam sebalik mimpi sunyi itu mari merenda takdir merangkaklah bulan hinggapi keliaran jiwa melenalah malam sahuti debur di dada ganti berganti rahim berkunjung dalam sebiduk kemudian bergelung pula pinta berdoa ia gemuruh di dada menziarahi tidurmu berharap kekosongan memagutku menuangkan umpama lalu berjumpa Safamarwa, Februari 2014

PULANG KAMPUNG

Aku adalah rumput liar di tepi hutan Kelana yang gontai, suara desir air di antara batu kali, dan ingatan yang tersangkut di cakrawala. Aku adalah buah para-para yang menepi ditingkah riak Gemericik air sungai di celah bebatuan, Punai, Serindit dan Emprit di pucuk pohon kapas dan sulur sulur padi Aku adalah awan gemawan di angkasa raya Disanalah batuku, disanalah tanahku, disanalah sungaiku Bermusim angin selalu berkabar, melukis rona di pipi menikam ingin Duhai tanah kelahiranku, tanah ibuku… kau seperti selalu Berkelindan rindu, mengimbau pulang. 2012

Disbudpar Potong Biaya Produksi Kelompok Seni Nan Tumpah

Biaya Produksi Seniman Dipotong Penampilan Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT) di Festival Nasional Teater Tradisional 2014 di Jakarta. Padang, Padek— Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT) yang mewakili Sumbar pada Festival Nasional Teater Tradisional 2014 di Jakarta, 13-18 Juni lalu, berhasil meraih penghargaan sebagai Grup Penampil Terbaik. Hanya saja, prestasi itu tak sepenuhnya bisa dinikmati para seniman yang berkreativitas di grup yang dikelola secara swadaya tersebut. Pasalnya, biaya produksi sebesar Rp 10 juta (setelah potong pajak jadi Rp 8 juta) yang diberikan panitia penyelenggara (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, red) kepada KSNT, dipotong sebesar Rp3 juta oleh Kepala Seksi Seni dan Film Bidang Seni dan Nilai Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sumbar Anita Dikarina. Hal tersebut diungkapkan pimpinan KSNT Mahatma Muhammad dalam relis yang dikirim ke Padang Ekspres , Kamis dini hari (26/6). Dalam relis tersebut dijelaskan bahwa Anita Dikarina bersama

PUISI-PUISI DENNI MEILIZON YANG DIMUAT KORAN HALUAN PADANG EDISI 13 OKTOBER 2013

P R O S E S I   Kata menganak pada mata Rasa membeku dalam dada Tertuai luruh meraba makna Pada apa rona mengepak Pada sayap tinta bernadi Pada waktu mengeja mantra Pada akhir menggulung awal Memindai diorama dalam kepala Mencoreti api, air, tanah, dan angin Kanvaslah hatiku, Sebagaimana lukis raut wajahmu Kata menyuruk di ruas jemari Berlarian sepanjang tulang sulbi Lalu mengamuk ia pada butir darah ketika hari bergegas meminumnya Apapun dipindai dari sudut manapun Seseduh bait di bejana musim Berganti-ganti menanti-nanti Mengurung kata berbaris-baris Safa Marwa, 2013 PETIKNYA LURUH SATU-SATU Gegas detik gegar perkasa Dilucuti nikmat satu satu Masihkah kau tunggu bejanamu penuh? Lihatlah mentari setengah itu Silau dalam matamu tak terbiaskan Memutih kepala, letih raga Daun itu tertulis nama-nama Aduhai sehelai jelas ada namamu Berdoalah semoga Tuhan masih belum memetiknya Sebab, begitu terpetik dan jatuh Luruhlah engkau satu-satu

ARHOIBA

sumber ilustrasi : http://www.catherinelarose.blogspot.com Luka Dalam Bibir Ababil Marilah kejar bintang-bintang itu. Bukan pada malam ini saja, duduklah diam patuki detak jarum jam. Bukan pada malam ini saja, tunduklah Arhoiba, kau bunga mekar di atas rerumputan basah Rumput yang berbicara memacari cemara di tubir penggal detik yang ditebas jarum jam itu.

PUISI-PUISI DENNI MEILIZON YANG DIMUAT KORAN HALUAN EDISI 29 DESEMBER 2013

HIKAYAT SEBUAH RUMAH (2) Habis tiang kediaman ini Dimamah keropos dikhianati pemiliknya Di sana sini kengerian yang t ampak Kayu - kayu menghembuskan aroma rapuh Menunggu rubuh Binasalah keinginan, habislah main kita Rumah sudah reyot, rapuh pula luar dalam Tak minat bertanam bakung sebab bilik bambu itu tak ada Beranda habis cerita Tinggal jejak dalam dongeng ketika dibacakan tiap 5 tahunan Rumah kita rumah berhikayat Menyisakan pongah dalam alur cerita berseri Biasanya dipugar tiap menjelang pilihan raya Tapi tidak untuk tahun ini Sebab pemiliknya sudah beralih kunci Tadi manusia sekarang tikus sansai . 2013 SWARNABHUMI, OH Udara pekat, berjelaga Urung langit muntah gulana Sesering igau dalam tidurmu Bumi orang Muang, ranahku terpisah lautan dalam Sesepi ini Dalam ramai yang berkenaan Apa kabar separas bunga Aku masih berkabar Dalam angin dan mentari Esok. Raut itu dalam tasbih malam Ini tersingkap lelana kelana Di langit bintang