Langsung ke konten utama

Gaji Pimpinan di Muhammadiyah

BELUM SEMUA KENAL MUHAMMADIYAH,,, 😍😍😍 Seorang pengurus yayasan bertanya: "Berapa gaji pengurus Muhammadiyah yang tertinggi dan terendah?” “Pimpinan tidak ada yang digaji, hanya karyawan yg digaji” jawab saya.  “Apa benar ? Kalau begitu dari mana sumber ekonomi mereka ?” “Semua pimpinan Muhammadiyah punya pekerjaan, tidak menganggur”. "Bagaimana kalau tugas Muhammadiyah bersamaan dengan tugas pekerjaan?” “Jika waktu berbenturan, tugas pekerjaan didahulukan, baru Muhammadiyah”. “Kalau begitu tidak profesional karena menomorduakan Muhammadiyah” “Mungkin menurut orang lain tidak profesional. Tetapi itu lebih baik karena semua pimpinan Muhammadiyah tidak ada yang berfikir mengurusi Muhammadiyah sebagai profesi. Semua berniat sbg pengabdian. Yang penting dilakukan penuh kesungguhan dan sepenuh kemampuan”.  Dahulu pernah ada gagasan memberi gaji kepada pimpinan Muıammadiyah  supaya waktu dan perhatiannya bisa penuh kepada pesyarikatan. Tanggapan Pak AR  ketika ditanya:  ”Itu niat

MEMAHAMI PERISTIWA ISRA’ MI’RAJ


(gambar ilustrasi)


Setiap berbicara mengenai Isra' dan Mi'raj ini hatiku selalu bergetar, badanku mendingin. Betapa luarbiasanya Allah berencana. Betapa mulianya kita yang ber Islam dan ber Nabi Manusia Pilihan, Muhammad SAW. Betapa Rasulullah terpana dan terpana dalam tiap detik perjalanan itu. Sang Adonai, Tuannya para nabi dan rasul itu masih saja menunjukkan bahwa dia hanyalah manusia biasa yang terpilih dalam takdir Ilahi untuk suatu tugas suci, melanjutkan risalah Allah yang dikumandangkan para nabi dan rasul. Sang Adonai, pemegang kunci-kunci perbendaharaan langit dan bumi ternyata adalah alasan kenapa alam semesta ini diciptakan begitu indah. Muhammad adalah anak manusia, yang di-visikan oleh para nabi bani Israel duduk di sebelah kanan Arsy'. Menerima penghormatan dari segala makhluk di langit dan di bumi. Tiap tanah yang dijejaknya tiada lain akan dilingkupi keberkahan, sebagaimana berkahnya negeri Baitul Maqdis dan sekitarnya. Rasulullah SAW, yang dipanggil oleh Nabi dan Raja yang perkasa Daud AS. dengan Tuanku itu hadir pula dalam visinya saat berkunjung dan memberkahi Masjidil Aqsha atau bait Allah di Yerusalem Palestina. Bahkan Daud AS. raja dan nabi yang perkasa itu tiada berani untuk sekedar membukakan terompahnya. Hingga Isa AS pun mendengar suara terompah Rasulullah SAW berjalan di taman-taman Surga.

Ahh.. andaikan semua Muslim paham bahwa Isra’ wa Mi'raj itu tidaklah hanya semacam cara Allah untuk memberikan perintah sholat, sebagaimana pemahaman umat selama ini. Tapi ia adalah sebuah selebrasi atas kelahiran sang Pilihan yang telah di khabarkan sejak zaman Nabi adam hingga Isa. AS. Sebuah perayaan ala langit untuk pemenuhan doa-doa hamba-Nya sejak zaman bermula.
Sebuah puisi untuk menggambarkan peristiwa dahsyat yang sempat menggoncang keimanan di zamannya itu, sebagaimana di bawah ini:

ISRA’ MI’RAJ, MENUJU CAHAYA DI ATAS CAHAYA
oleh : DENNI MEILIZON


Langit Mekkah merunduk takzim
Malam menyambut penggenapan nubuah
Sudah berlalu beberapa utusan
Membuka jalan bagi kedatanganmu,
Muhammad, Yaa Muhammad
Rembulan akhir zaman
Khatamun Anbiyaa,
Pemegang estafet tongkat risalah ilahi
Penerang sidhratul mustaqim
Bagi hamba-hamba yang terberkahi

Lautan cahaya, bergelora membalur
simpulnya di pelataran Baitullah
ujungnya di puncak menara Baitul Muqaddas.

Sidhratul Muntaha menyilau dalam tarian cahaya
Ketika Arsy' berkenan membuka hijab
Menyambut kedatangan Sang Mustafa
Sebagaimana telah tertulis
Dalam sucinya Kitab Lauh Mahfuzh

Telah diperjalankan seorang hamba
Dalam terang bintang gemintang alam raya
Menuju hadapan tuhannya
Dari Masjid menuju Masjid
Dari Langit menuju Langit
langit berpetala dalam tujuh dimensi
Hingga segala daya terpana sudah
luruh di hadapan keagungan Allah,
Ketika Sidhratul Muntaha dilingkupi sesuatu

Isra' Mi'raj adalah perayaan langit
Perjalanan menuju cahaya di atas cahaya
Bukanlah sekedar menjemput Sholat
Namun juga menguji kadar iman
Seberapa besar kecintaan kita
Memperjuangkan tegaknya
Tali agama Allah di muka bumi

Isra' Mi'raj ini begitu menggetarkan kalbu
Betapa luarbiasanya Allah berencana
Betapa mulianya kita yang ber-Islam
dan ber-Nabi Manusia Pilihan, Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Tiap jejak sirah Rasulullah
Pesan bagi kita, generasi pejuang Islam
Mujahid Allah penegak kemuliaan agama-Nya
Bahwa bagi orang-orang yang sabar
Allah dan penduduk langit berbangga
Selalu menyertai tiap langkahnya

Isra’ Mi’raj
Perjalanan sepenggal malam
Mengisi relung peradaban manusia
sepanjang zaman
Mengarungi daya pikir manusia
Dalam kebesaran Allah
Kita diciptakan-Nya
Walau bagaikan setitik debu saja
Dalam lautan semesta alam
Dengan cahaya iman Islam di dada
Kita adalah khalifah-Nya

Di Sidhratul Muntaha
Muhammad terpana
Dalam baluran cahaya
Ketika Arsy berkenan terbuka
Menyambut setunduk luruh
Sujud sekhusyu’ – khusyu’nya
Menandai diri hanyalah seorang hamba.

2013

Memahami Isra’ Mi’raj tidaklah hanya sekedar mengadakan selamatan, perayaan atupun bentuk peringatan lainnya. Bukan.. bukan begitu semestinya. Sebagai pengikut Rasulullah Muhammad SAW yang sudah diperjalankan dalam peristiwa dahsyat tersebut, kita harusnya mengambil ibrah dan pembelajaran yang sangat banyak bertebaran dalam tiap untai ceritanya. Sampai-sampai Alqur’an menyebutkan peristiwa ini dalam dua buah surahnya yang mulia (Q.S. Al Isra dan Q.S An-Najm) dan dijelaskan dalam beberapa hadist Nabi SAW yang bisa dirangkai menjadi suatu alur cerita yang dikisahkan sendiri oleh Nabi Muhammad SAW. Apakah sudah kita luangkan waktu sejenak untuk membaca dan memahami Ayat-ayat Isra’ Mi’raj dalam Alqur’an dan hadist-hadist Nabi yang membahasnya?

Saya sarankan bagi anda untuk segera membacanya, sebelum anda mendapatkan cerita hanya dari orang lain. Selamat menyelami dan memahami.


*Denni Meilizon
Padang, Rajab 1434 H/Mei 2013 M  

Komentar

  1. semoga pemahaman akan ruh Isra Mi'radh lebih diterima daripada nilai pencitraan yg selama ini banyak dilakukan ...

    BalasHapus

Posting Komentar

Selamat datang dan membaca tulisan dalam Blog ini. Silakan tinggalkan komentar sebagai tanda sudah berkunjung, salam dan bahagia selalu.

Postingan populer dari blog ini

Puisi Fiksi dalam Sorak Sorai Kepergian dan Penantian

 (Kolom Apresiasi di SKH Haluan, 11 September 2016) Oleh Denni Meilizon AGAKNYA kata “rindu” memang tidak pernah bisa dipisahkan dari sebuah jarak antara kepergian dengan penantian. Sebagaimana sebuah kapal yang melayari lautan, perjalanan telah membawa semua ekspektasi kata “rindu” yang malih rupa kemudian dengan sebutan kenangan. Sedangkan kenangan selalu berupa sebentuk rumah, kebersamaan dan jejak. Puisi “Yang Ditahan Angin Rantau” menggambarkan betapa kenangan telah berumah di tanah perantauan sedangkan di kampung halaman tertinggal sebentuk ingatan. Larik begini, Sepanjang malam adalah angin yang berembus menikam jauh sampai ke putih tulang/ Penyair seakan memberitahukan kepada kita bahwa rindu rumah kampung halaman telah mencukam dalam sampai titik paling rendah, sampai ke tulang.   Anak rindu kepada masakan Ibunda dan tepian mandi ketika kanak-kanak. Tetapi, puisi ini bukanlah hendak menuntaskan keinginan itu. Tak ada waktu untuk menjemput kenangan. Lihatlah larik

DIALOG SUNYI REFDINAL MUZAN DALAM SALJU DI SINGGALANG

Harian Umum RAKYAT SUMBAR edisi SABTU, 25 Januari 2014 Ketika menutup tahun 2013 lalu, Refdinal Muzan kembali menerbitkan kumpulan sajaknya dengan judul "Salju di Singgalang". Penyair melankonis dan teduh ini benar-benar sangat produktif "berkebun" kata-kata. Bahasa qalbunya menyala. Sajak-sajaknya mencair mencari celah untuk mengalir dengan melantunkan irama yang mengetuk-ngetuk pintu bathin pembaca, mengajak bergumul, berbaris lalu berlahan lumat bersama kelindan kata yang merefleksikan pergerakan kreatifitas kepenyairannya. Membaca sajak-sajaknya memberikan ruang untuk berdialog lalu menarik  kita untuk ikut ke dalam pengembaraan dengan wajah menunduk, bertafakur dalam sunyi, menghormati kemanisan sajak yang disajikan berlinang madu.

KAJIAN PUISI-BUNYI DALAM SAJAK

BAB I  PENDAHULUAN   1.1          Latar Belakang Sastra merupakan cabang seni yang mengalami proses pertumbuhan sejalan dengan perputaran waktu dan perkembangan pikiran masyarakat.  Demikian pula sastra Indonesia terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman, karena sastra adalah produk  (sastrawan) yang lahir dengan fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupan masyarakat.