Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2014

Gaji Pimpinan di Muhammadiyah

BELUM SEMUA KENAL MUHAMMADIYAH,,, 😍😍😍 Seorang pengurus yayasan bertanya: "Berapa gaji pengurus Muhammadiyah yang tertinggi dan terendah?” “Pimpinan tidak ada yang digaji, hanya karyawan yg digaji” jawab saya.  “Apa benar ? Kalau begitu dari mana sumber ekonomi mereka ?” “Semua pimpinan Muhammadiyah punya pekerjaan, tidak menganggur”. "Bagaimana kalau tugas Muhammadiyah bersamaan dengan tugas pekerjaan?” “Jika waktu berbenturan, tugas pekerjaan didahulukan, baru Muhammadiyah”. “Kalau begitu tidak profesional karena menomorduakan Muhammadiyah” “Mungkin menurut orang lain tidak profesional. Tetapi itu lebih baik karena semua pimpinan Muhammadiyah tidak ada yang berfikir mengurusi Muhammadiyah sebagai profesi. Semua berniat sbg pengabdian. Yang penting dilakukan penuh kesungguhan dan sepenuh kemampuan”.  Dahulu pernah ada gagasan memberi gaji kepada pimpinan Muıammadiyah  supaya waktu dan perhatiannya bisa penuh kepada pesyarikatan. Tanggapan Pak AR  ketika ditanya:  ”Itu niat

Berkelana Bersama "Rembang Dendang"

 Oleh Ken Hanggara* "Puisi adalah setiap hela napas dan gerak lakunya,"begitulah kalimat yang selalu berputar dalam kepala saya. Terlebih ketika bertemu dengan orang-orang yang mampu mengangkat realita beserta alam imajinasinya ke dalam bentuk puisi yang ajaib. Salah satu orang itu adalah Denni Meilizon. Saya mengenalnya pertama kali di penghujung tahun 2012. Sejak saat itu, telah banyak saya baca puisi-puisi yang ditulisnya,terutama di media sosial Facebook. Kesan pertama yang melekat di benak, ketika mengingat sosok ini adalah; beliau seorang penyair produktif. Dari awal perkenalan kami (meski masih sebatas melalui dunia maya), dua buku puisi telah diterbitkannya dalam jangka waktu yang tidak lama ("Kidung Pengelana Hujan"(FAM Publishing, 2012) dan "Siluet Tarian Indang" (FAM Publishing,2013)). Di tahun yang sama itu pula, Denni Meilizon menerbitkan kembali buku puisi terbarunya yang berjudul "Rembang Dendang" (AG Litera, 2