Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

Gaji Pimpinan di Muhammadiyah

BELUM SEMUA KENAL MUHAMMADIYAH,,, 😍😍😍 Seorang pengurus yayasan bertanya: "Berapa gaji pengurus Muhammadiyah yang tertinggi dan terendah?” “Pimpinan tidak ada yang digaji, hanya karyawan yg digaji” jawab saya.  “Apa benar ? Kalau begitu dari mana sumber ekonomi mereka ?” “Semua pimpinan Muhammadiyah punya pekerjaan, tidak menganggur”. "Bagaimana kalau tugas Muhammadiyah bersamaan dengan tugas pekerjaan?” “Jika waktu berbenturan, tugas pekerjaan didahulukan, baru Muhammadiyah”. “Kalau begitu tidak profesional karena menomorduakan Muhammadiyah” “Mungkin menurut orang lain tidak profesional. Tetapi itu lebih baik karena semua pimpinan Muhammadiyah tidak ada yang berfikir mengurusi Muhammadiyah sebagai profesi. Semua berniat sbg pengabdian. Yang penting dilakukan penuh kesungguhan dan sepenuh kemampuan”.  Dahulu pernah ada gagasan memberi gaji kepada pimpinan Muıammadiyah  supaya waktu dan perhatiannya bisa penuh kepada pesyarikatan. Tanggapan Pak AR  ketika ditanya:  ”Itu niat

Menjernihkan Pikiran

                     IG: @dennimeilizon foto disediakan oleh google.com KATA "gelisah" ( anxiety ) berasal dari istilah Latin "anxietas" dan mulai digunakan dalam bahasa Inggris antara tahun 1515-1525. Definisinya secara umum adalah: (1) ketegangan pikiran atau pikiran tidak tenang yang disebabkan oleh adanya ancaman kemalangan dan kesusahan; (2) keinginan yang menggebu-gebu terhadap sesuatu yang sangat diharapkan. Jadi, gelisah atau cemas itu dipicu oleh sesuatu dugaan kejadian atau sesuatu hasil baik yang bersifat negatif maupun positif. Gelisah yang dimaksudkan bukan karena penyakit. Gelisah yang dimaksud di sini seperti apa yang dikatakan oleh Ollendick menunjuk kepada keadaan emosi yang menentang atau tidak menyenangkan yang meliputi interpretasi subyektif dan arousal atau rangsangan fisiologis. Rasa gelisah yang kondisi puncaknya jika dialami oleh orang-orang kreatif, maka akan menggiring kepada proses terciptanya sesuatu daripadanya, berupa proye

Mandehe Holi: Meraup yang Terserak, Menggali yang Terbenam

Beri aku Tambo jangan Sejarah.   Aku ingin tuak penuh ragi dan tidak bangkai - bangkai yang menyerah ! - ( RUSLI MARZUKI SARIA ) ADALAH benar jika nenek moyang orang Mandailing bukanlah turunan dari Raja Batak jika merujuk kepada Kitab kuno Nagarakertagama (berasal dari abad ke-14) yang ditulis oleh Mpu Prapanca.   Pada Pupuh XIII dari kitab yang menjadi salah satu sumber sejarah zaman kuno itu disebutkan bahwa Mandahiling merupakan salah satu “Negara bawahan” dari kerajaan Majapahit.   Begini bunyinya: “ Lwir ning nuasa pranusa pramuka sakahawat kaoni ri Malayu/ning Jambi mwang Palembang I Teba len Darmmacraya tumut.kandis, Kahwas Manangkabwa ri Siyak I Rekan Kampar mwang Pane/kampe Haru athawa Mandahiling I Tumihang Perlak mwang I Barat.” Dan ketika keotentikan   Nagarakertagama tidak terbantah, maka dapat ditarik kesimpulan pula bahwa Kerajaan Mandahiling merupakan salah satu wilayah ekspansi kerajaan Majapahit pada tahun 1287 caka (1365 M). Selain itu, ada satu la

Orang-Orang Berbelanja di Kingswood, Orang-Orang Sembahyang di Lodtunduh

(Membaca kumpulan puisi “Jalan Menangis Menuju Surga” ) IG: @dennimeilizon BUKU kumpulan puisi “Jalan Menangis Menuju Surga” merupakan rumah bagi 73 (tujuhpuluh tiga) puisi yang unik dan bikin gemas. Pertama sekali membuka lembarannya, terpikirlah kesulitan pertama bagaimana hendak menarik benang merah dari sekumpulan puisi di dalamnya, sebab seketika dalam pandangan pertama, tersimpulkan betapa gagasan puitik penyair Mohammad Isa Gautama yang terkandung di dalamnya begitu meriah. Menyerahkan kesimpulan kepada judul buku itu sendiri, jelas merupakan tindakan tanpa harapan, sebab ia ditarik dari judul salah satu puisi yang artinya judul buku bukanlah gambaran tema besar, tidak memberikan gambaran apapun terhadap isi buku puisi ini.

Lelaki dan Tangkai Sapu, Perspektif Terbarukan Iyut Fitra

IG: @dennimeilizon foto disediakan oleh Picbon.com JIKA kritikus Ivan Adilla memandang melalui kumpulan puisi "Lelaki dan Tangkai Sapu", bahwa Iyut Fitra telah bermetamorfosis dengan perspektif yang terbarukan, maka sangat benarlah pemandangan tersebut. Tak kurang dari berbagai diskusi informal, membicarakan juga kelahiran buku puisi penyair Iyut Fitra ini sebagai bentuk masterpiece Iyut Fitra, melampaui pencapaian daripada puisi-puisi yang terkumpul dalam beberapa buku puisinya, yang beruntun terbit beberapa tahun berselang ini.   Memang, membandingkan pencapaian dari produk pikiran, buku yang ditulis penulis yang sama, merupakan cara mudah untuk menggumuli proses kreatif. Terhadap banyak kumpulan puisi yang dilahirkan penyair kelahiran Payakumbuh ini, mengajukan kumpulan puisi Baromban, Lelaki dan Tangkai Sapu, dan Mencari Jalan Mendaki, sebagai kajian perbandingan puisi yang dilahirkan Iyut Fitra cukup membantu pembaca dalam memilah, mendalami proses kepenyair