Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2015

Gaji Pimpinan di Muhammadiyah

BELUM SEMUA KENAL MUHAMMADIYAH,,, 😍😍😍 Seorang pengurus yayasan bertanya: "Berapa gaji pengurus Muhammadiyah yang tertinggi dan terendah?” “Pimpinan tidak ada yang digaji, hanya karyawan yg digaji” jawab saya.  “Apa benar ? Kalau begitu dari mana sumber ekonomi mereka ?” “Semua pimpinan Muhammadiyah punya pekerjaan, tidak menganggur”. "Bagaimana kalau tugas Muhammadiyah bersamaan dengan tugas pekerjaan?” “Jika waktu berbenturan, tugas pekerjaan didahulukan, baru Muhammadiyah”. “Kalau begitu tidak profesional karena menomorduakan Muhammadiyah” “Mungkin menurut orang lain tidak profesional. Tetapi itu lebih baik karena semua pimpinan Muhammadiyah tidak ada yang berfikir mengurusi Muhammadiyah sebagai profesi. Semua berniat sbg pengabdian. Yang penting dilakukan penuh kesungguhan dan sepenuh kemampuan”.  Dahulu pernah ada gagasan memberi gaji kepada pimpinan Muıammadiyah  supaya waktu dan perhatiannya bisa penuh kepada pesyarikatan. Tanggapan Pak AR  ketika ditanya:  ”Itu niat

PROF. DR. ACHMAD MOCHTAR, SEJARAH YANG DILURUSKAN

Namanya tertelan hiruk pikuk zaman. Perjuangannya tak mengangkat senjata namun melalui ilmu pengetahuan meski harus menyerahkan nyawa agar rekan-rekannya selamat. Nahas! Namanya mungkin tak setenar nama-nama pahlawan yang menjadi nama-nama jalan protokol di ibu kota dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Namun perjuangannya tak bisa dinafikan. Dialah dr Achmad Mochtar, orang Indonesia pertama yang menjadi Direktur Lembaga Eijkman, lembaga sains dan riset di bidang biologi molekuler pertama di Indonesia yang didirikan sejak zaman penjajahan Belanda tahun 1888. Di lembaga yang namanya diambil dari nama penerima Nobel bidang kesehatan tahun 1929, Christiaan Eijkman ini, dr Achmad Mochtar diangkat menjadi Direktur Institut Eijkman (nama Lembaga Eijkman saat itu) pada tahun 1942.