BELUM SEMUA KENAL MUHAMMADIYAH,,, 😍😍😍 Seorang pengurus yayasan bertanya: "Berapa gaji pengurus Muhammadiyah yang tertinggi dan terendah?” “Pimpinan tidak ada yang digaji, hanya karyawan yg digaji” jawab saya. “Apa benar ? Kalau begitu dari mana sumber ekonomi mereka ?” “Semua pimpinan Muhammadiyah punya pekerjaan, tidak menganggur”. "Bagaimana kalau tugas Muhammadiyah bersamaan dengan tugas pekerjaan?” “Jika waktu berbenturan, tugas pekerjaan didahulukan, baru Muhammadiyah”. “Kalau begitu tidak profesional karena menomorduakan Muhammadiyah” “Mungkin menurut orang lain tidak profesional. Tetapi itu lebih baik karena semua pimpinan Muhammadiyah tidak ada yang berfikir mengurusi Muhammadiyah sebagai profesi. Semua berniat sbg pengabdian. Yang penting dilakukan penuh kesungguhan dan sepenuh kemampuan”. Dahulu pernah ada gagasan memberi gaji kepada pimpinan Muıammadiyah supaya waktu dan perhatiannya bisa penuh kepada pesyarikatan. Tanggapan Pak AR ketika ditanya:...
IG: @dennimeilizon
![]() |
foto disediakan oleh google.com |
KATA
"gelisah" (anxiety) berasal
dari istilah Latin "anxietas"
dan mulai digunakan dalam bahasa Inggris antara tahun 1515-1525. Definisinya
secara umum adalah: (1) ketegangan pikiran atau pikiran tidak tenang yang
disebabkan oleh adanya ancaman kemalangan dan kesusahan; (2) keinginan yang
menggebu-gebu terhadap sesuatu yang sangat diharapkan. Jadi, gelisah atau cemas
itu dipicu oleh sesuatu dugaan kejadian atau sesuatu hasil baik yang bersifat
negatif maupun positif. Gelisah yang dimaksudkan bukan karena penyakit. Gelisah
yang dimaksud di sini seperti apa yang dikatakan oleh Ollendick menunjuk kepada
keadaan emosi yang menentang atau tidak menyenangkan yang meliputi interpretasi
subyektif dan arousal atau rangsangan
fisiologis. Rasa gelisah yang kondisi puncaknya jika dialami oleh orang-orang
kreatif, maka akan menggiring kepada proses terciptanya sesuatu daripadanya, berupa
proyeksi, pantulan, sublimasi ataupun sebagai resistensi terhadap sumber
kegelisahan itu. Demikian pula, jika puncak kegelisahan tersebut tidak
tersalurkan, maka bisa juga menyebabkan gangguan kecemasan yang berlebihan
hingga tindakan bunuh diri menjadi akhir penyelesaian.
Kebuntuan
pikiran (depresi) seringkali
berakibat buruk bagi manusia. Berbeda dengan stres, depresi adalah sebuah
penyakit mental yang berdampak buruk pada suasana hati, perasaan, stamina,
selera makan, pola tidur, dan tingkat konsentrasi. Depresi bukan tanda
ketidakbahagiaan atau cacat karakter. Orang yang terserang depresi biasanya
akan merasa hilang semangat atau motivasi, terus-menerus merasa sedih dan
gagal, dan mudah lelah. Kondisi ini bisa berlangsung selama enam bulan atau
lebih. Maka, orang yang menderita depresi biasanya jadi sulit menjalani
kegiatan sehari-sehari seperti bekerja, makan, bersosialisasi, belajar, atau
berkendara secara normal.
Gangguan mental yang
dihadapi seseorang akibat adanya tekanan (stress)
pada kondisi tertentu malah bernilai positif. Stres dapat membuat seseorang
lebih fokus dan memiliki keinginan untuk sesegera mungkin bertindak
menyelesaikan gangguan (permasalahan) yang menjadi titik tumpu tekanan, baik
dari luar dirinya ataupun juga dari dalam. Stres
juga boleh dikatakan sebagai mekanisme perlindungan diri. Hormon dan zat-zat
kimia seperti adrenalin, kortisol, dan norepinefrin akan diproduksi oleh tubuh
secara otomatis jika tubuh terdeteksi dalam keadaan stres. Itulah kenapa
kemudian seseorang bakal mendapat semacam dorongan energi dan juga terjadinya
peningkatan konsentrasi yang berguna untuk merespon sumber tekanan tersebut.
Hal lain yang secara ajaib dilakukan oleh tubuh adalah mematikan fungsi-fungsi
tubuh yang sedang tidak diperlukan, misalnya pencernaan. Jadi, apabila stres
muncul pada saat-saat yang tidak diinginkan, maka yang merespon dengan cepat
adalah darah, ia mengaliri bagian-bagian tubuh yang berguna untuk merespon
secara fisik seperti kaki dan tangan, bahkan mengurangi darah yang mengalir ke
otak sehingga fungsi otak menurun yang berakibat sulit untuk berpikir jernih.
Kejernihan
pikiran dalam kehidupan ini harus menjadi kebiasaan sehari-hari yang terjaga.
Lihatlah, betapa banyak perihal yang menggedor pintu pikiran kita dengan segala
benih kekotorannya. Persoalan pribadi misalnya, hutang pada rentenir, kredit
pada perusahaan leasing, nafsu dan
hasrat kepada kekuasaan, godaan menyelingkuhi pasangan, dan lain sebagainya,
mendapat tempat tertinggi dalam beberapa kasus penyakit sosial di masyarakat.
Persoalan umum, seperti ekspektasi pada meningkatnya eskalasi politik,
perebutan lahan ekonomi, privatisasi pendidikan yang salah kaprah, gonjang
ganjing, huru hara dan peperangan di negeri-negeri asal peradaban besar,
isu-isu konspirasi dunia, dan lainnya turut andil mengacaukan sistematika
berpikir massal. Alih-alih dapat menentukan sikap, segala informasi yang
memasuki otak bakal memicu rasa gelisah, rasa cemas dan rasa takut. Terjadi
kelinglungan kerumunan massa. Seperti kerumunan semut menghadapi kebakaran dan
racun. Seperti ikan yang kekurangan oksigen di dalam akuarium.
Darimana
manusia dapat memperoleh pikiran yang jernih ketika tubuhnya (otaknya) berada
dalam kondisi fungsi otak menurun karena tekanan dan ancaman? Pertama sesuai
dengan kata bijak bahwa manusia bukan makhluk yang hidup sendirian, maka
berbuat baik dengan membantu dan menolong sesama dapat dilakukan agar menjaga
pikiran tetap jernih. Sebagai makhluk sosial yang hidup komunal, terjalinnya
komunikasi sesama manusia akan mengurangi beban pikiran. Proses interaksi dapat
menyalurkan beban dalam pikiran seseorang kepada orang lain. Merasakan
penderitaan orang lain, membandingkan dengan apa yang sedang dialami bakal
memberikan energi positif berupa motivasi dan kesadaran bahwa tidak ada
kebuntuan berpikir jika cara menghadapinya ditata kembali dengan benar.
Tidak
perlu menunggu menjadi kaya raya dulu baru menolong orang lain. Tidak perlu
menunggu menjadi penguasa atau pejabat publik dulu baru membantu masyarakat
atau menjadi inspirator penggerak pembangunan dalam masyarakat. Setiap orang
merupakan potensi, dalam segi apa saja, dengan talenta-talenta anugerah dari
Tuhan untuk berlomba-lomba berbuat kebajikan di dunia ini. Setiap peluang
berbuat baik adalah energi positif bagi diri sendiri. Sejatinya, membantu
meringankan beban orang lain merupakan sebuah cara yang jitu untuk meningkatkan
kualitas kejernihan pikiran sendiri.
Kedua,
jangan meminjam kesulitan dan beban hari ini untuk dipikul besok hari. Intinya
adalah, apa yang dapat diselesaikan hari ini maka segerakanlah untuk
menyelesaikannya. Jika hari ini berbuat kesalahan dengan menyakiti hati orang
lain, maka segera meminta maaf pada hari ini juga. Menunda-nunda pekerjaan
dengan alasan apapun hanya akan menyulitkan diri sendiri. Begitupula dengan
kekhawatiran akan hari esok dengan membayangkan beban dan kesusahannya. Rasa
was-was yang timbul dari syakwasangka. Padahal, kesusahan hari esok itu belum
terjadi, adanya baru di dalam benak kita saja. Padahal belum tentu hari esok
itu masih milik kita. Walaupun demikian dengan berpikir jernih maka kita bisa
menyiapkan diri guna mengantisipasi kemungkinan terburuk pada hari esok itu.
Ketiga,
mengalihkan pikiran dengan membaca buku, menulis, melukis, menonton film,
jalan-jalan, meditasi, dan berinteraksi dengan hewan peliharaan. Jika rasa
gelisah dan tekanan pada diri tidak tertahankan lagi maka itu adalah lonceng
peringatan agar Anda sejenak beralih kepada hobi, aktualisasi diri, ataupun
melakukan kegiatan yang menyenangkan di luar rutinitas sehari-hari. Tinggalkan
semua yang menjadi sumber beban dan lakukan perjalanan piknik. Dalam suasana
rileks dan santai, mengonsumsi makanan sehat dan baik, mengisi pengetahuan
dengan asupan buku-buku bacaan serta melibatkan diri dalam kegiatan seni untuk
memperoleh manfaat dan nilai dari apresiasi akan menjadikan pikiran segar.
Dalam dunia komputer, ketika aplikasi yang dijalankan terasa berat dan memenuhi
memori dan meningkatkan kinerja perangkat lainnya, maka hal yang paling mudah
dilakukan adalah mematikan komputer tersebut lalu me-rebooting ulang. Permasalahan kehidupan ini tidak akan pernah
habis selagi napas masih ada di badan. Maka menikmati kehidupan walaupun
sejenak sungguh layak dihadiahkan bagi tubuh sendiri. Jika lelah maka cobalah
untuk tidur dengan tanpa memikirkan apapun.
Terakhir,
jika gelisah dan cemas masih mengungkung diri maka segera hubungi dokter
(penyembuh) yang tepat. Tidak ada yang lebih dekat dari kita selain Sang Maha
Penyembuh dan Maha Pembolak Balik Hati, Allah Tuhan seru sekalian alam.
Bersimpuh dan bermunajatlah dengan penuh penyerahan diri dan ketundukan
kepada-Nya. Bersyukur dan merasa cukup adalah obat mental dan pikiran yang
sangat ampuh bagi diri manusia yang lemah ini.
Jangan
lupa bahagia.[]
Simpang Ampek, 23
Februari 2019
*Penulis
adalah Penyair, Blogger dan Redaktur Tamu Tetap Halaman Budaya Harian Umum HALUAN PADANG.
Artikel ini dimuat Harian Umum HALUAN PADANG edisi, Minggu 24 Februari 2019, Halaman BUDAYA.
Artikel ini dimuat Harian Umum HALUAN PADANG edisi, Minggu 24 Februari 2019, Halaman BUDAYA.
Komentar
Posting Komentar
Selamat datang dan membaca tulisan dalam Blog ini. Silakan tinggalkan komentar sebagai tanda sudah berkunjung, salam dan bahagia selalu.