BELUM SEMUA KENAL MUHAMMADIYAH,,, 😍😍😍 Seorang pengurus yayasan bertanya: "Berapa gaji pengurus Muhammadiyah yang tertinggi dan terendah?” “Pimpinan tidak ada yang digaji, hanya karyawan yg digaji” jawab saya. “Apa benar ? Kalau begitu dari mana sumber ekonomi mereka ?” “Semua pimpinan Muhammadiyah punya pekerjaan, tidak menganggur”. "Bagaimana kalau tugas Muhammadiyah bersamaan dengan tugas pekerjaan?” “Jika waktu berbenturan, tugas pekerjaan didahulukan, baru Muhammadiyah”. “Kalau begitu tidak profesional karena menomorduakan Muhammadiyah” “Mungkin menurut orang lain tidak profesional. Tetapi itu lebih baik karena semua pimpinan Muhammadiyah tidak ada yang berfikir mengurusi Muhammadiyah sebagai profesi. Semua berniat sbg pengabdian. Yang penting dilakukan penuh kesungguhan dan sepenuh kemampuan”. Dahulu pernah ada gagasan memberi gaji kepada pimpinan Muıammadiyah supaya waktu dan perhatiannya bisa penuh kepada pesyarikatan. Tanggapan Pak AR ketika ditanya:...
P
R O S E S I
Kata menganak pada mata
Rasa membeku dalam dada
Tertuai luruh meraba makna
Pada apa rona mengepak
Pada sayap tinta bernadi
Pada waktu mengeja mantra
Pada akhir menggulung awal
Memindai diorama dalam kepala
Mencoreti api, air, tanah, dan angin
Kanvaslah hatiku,
Sebagaimana lukis raut wajahmu
Kata menganak pada mata
Rasa membeku dalam dada
Tertuai luruh meraba makna
Pada apa rona mengepak
Pada sayap tinta bernadi
Pada waktu mengeja mantra
Pada akhir menggulung awal
Memindai diorama dalam kepala
Mencoreti api, air, tanah, dan angin
Kanvaslah hatiku,
Sebagaimana lukis raut wajahmu
Kata menyuruk di ruas jemari
Berlarian sepanjang tulang sulbi
Lalu mengamuk ia pada butir darah
ketika hari bergegas meminumnya
Apapun dipindai dari sudut manapun
Seseduh bait di bejana musim
Berganti-ganti menanti-nanti
Mengurung kata berbaris-baris
Safa Marwa, 2013
Berlarian sepanjang tulang sulbi
Lalu mengamuk ia pada butir darah
ketika hari bergegas meminumnya
Apapun dipindai dari sudut manapun
Seseduh bait di bejana musim
Berganti-ganti menanti-nanti
Mengurung kata berbaris-baris
Safa Marwa, 2013
PETIKNYA
LURUH SATU-SATU
Gegas detik gegar perkasa
Dilucuti nikmat satu satu
Masihkah kau tunggu bejanamu penuh?
Lihatlah mentari setengah itu
Silau dalam matamu tak terbiaskan
Memutih kepala, letih raga
Daun itu tertulis nama-nama
Aduhai sehelai jelas ada namamu
Berdoalah semoga Tuhan masih belum memetiknya
Sebab, begitu terpetik dan jatuh
Luruhlah engkau satu-satu
Marilah kita gambarkan pada tepi hari
Tentang separuh hidup yang berani
Lalu sepertiga sisanya menghitung mati
Selembar daun jatuh
Tertulis namamu disana
Ditepi waktu kau berdiri
Merentangkan tangan menarik napas
Sehela dua hela
Lalu kemudian luruh jiwamu
Satu per satu.
Safa Marwa, Juni 2013
Gegas detik gegar perkasa
Dilucuti nikmat satu satu
Masihkah kau tunggu bejanamu penuh?
Lihatlah mentari setengah itu
Silau dalam matamu tak terbiaskan
Memutih kepala, letih raga
Daun itu tertulis nama-nama
Aduhai sehelai jelas ada namamu
Berdoalah semoga Tuhan masih belum memetiknya
Sebab, begitu terpetik dan jatuh
Luruhlah engkau satu-satu
Marilah kita gambarkan pada tepi hari
Tentang separuh hidup yang berani
Lalu sepertiga sisanya menghitung mati
Selembar daun jatuh
Tertulis namamu disana
Ditepi waktu kau berdiri
Merentangkan tangan menarik napas
Sehela dua hela
Lalu kemudian luruh jiwamu
Satu per satu.
Safa Marwa, Juni 2013
REMBANG
DENDANG
Petang rembang, sunyi bayang
Ufuk
menyingsing kenang menggenang
Di petatah
ujar, pada petitih ajar
Semburat
binar meringkas nanar
Dibungkus
sayang, gendang berdendang.
Tabuh
bait, syair berserat
Seonggok luka dirogoh masa
Kembang merekah, lembar merebah
Separau pekik kusam melentik
Dibungkus sayang, rembang berdendang
Seonggok luka dirogoh masa
Kembang merekah, lembar merebah
Separau pekik kusam melentik
Dibungkus sayang, rembang berdendang
Manis
terbuang, kafir mengulang
Sejak bisik miskin telisik
Hilang tanya, sombong meraja
Berdiri di awang ke atas memandang
Dibungkus gamang, renggang sayang
Sejak bisik miskin telisik
Hilang tanya, sombong meraja
Berdiri di awang ke atas memandang
Dibungkus gamang, renggang sayang
Kerut
kening, carut melengking
Ujaran menghitam bibir menghantam
Tiada doa, apalah lagi asa
Ujaran menghitam bibir menghantam
Tiada doa, apalah lagi asa
Hati batu
dikerkah kaku
Dibungkus malang, nyawa meregang.
Dibungkus malang, nyawa meregang.
Senja
rempak, petang retak
Hilang taubat catatan dilipat
Ajar ada, renungkan saja
Tiap diri pilih di sisi mana berdiri
Dibungkus sayang, dibungkus malang.
Hilang taubat catatan dilipat
Ajar ada, renungkan saja
Tiap diri pilih di sisi mana berdiri
Dibungkus sayang, dibungkus malang.
**Padang 90513, pukul 8:17
PERJALANAN MENUJU LANGIT*
Menanam jejak di sisi waktu
Melukis pelangi di atas langit surga
Seperti juga karang di lanyau ombak
Sepantaran musim menampar-nampar
Menyaksi kisah sepanjang hayat
Menjalani hidup bagaimana takdir-Nya
Kekuatan adalah jiwaku
Terantuk langkah terkadang datang
Nestapa malang sergap tiba-tiba
Tapi Tuhan selalu ada
selalu ada
selalu ada
Perputaran waktu itu misteri
Mengiringi perjalanan menuju langit
Menghamba diri pada kalang nasib
Hingga marwah tertegak
Menyata mimpi tiada menyerah
Karena kekuatan adalah jiwaku
Karena kekuatan adalah jiwaku.
Padang, 2013
http://issuu.com/haluan/docs/hln131013
Menanam jejak di sisi waktu
Melukis pelangi di atas langit surga
Seperti juga karang di lanyau ombak
Sepantaran musim menampar-nampar
Menyaksi kisah sepanjang hayat
Menjalani hidup bagaimana takdir-Nya
Kekuatan adalah jiwaku
Terantuk langkah terkadang datang
Nestapa malang sergap tiba-tiba
Tapi Tuhan selalu ada
selalu ada
selalu ada
Perputaran waktu itu misteri
Mengiringi perjalanan menuju langit
Menghamba diri pada kalang nasib
Hingga marwah tertegak
Menyata mimpi tiada menyerah
Karena kekuatan adalah jiwaku
Karena kekuatan adalah jiwaku.
Padang, 2013
http://issuu.com/haluan/docs/hln131013
Komentar
Posting Komentar
Selamat datang dan membaca tulisan dalam Blog ini. Silakan tinggalkan komentar sebagai tanda sudah berkunjung, salam dan bahagia selalu.