Langsung ke konten utama

Gaji Pimpinan di Muhammadiyah

BELUM SEMUA KENAL MUHAMMADIYAH,,, 😍😍😍 Seorang pengurus yayasan bertanya: "Berapa gaji pengurus Muhammadiyah yang tertinggi dan terendah?” “Pimpinan tidak ada yang digaji, hanya karyawan yg digaji” jawab saya.  “Apa benar ? Kalau begitu dari mana sumber ekonomi mereka ?” “Semua pimpinan Muhammadiyah punya pekerjaan, tidak menganggur”. "Bagaimana kalau tugas Muhammadiyah bersamaan dengan tugas pekerjaan?” “Jika waktu berbenturan, tugas pekerjaan didahulukan, baru Muhammadiyah”. “Kalau begitu tidak profesional karena menomorduakan Muhammadiyah” “Mungkin menurut orang lain tidak profesional. Tetapi itu lebih baik karena semua pimpinan Muhammadiyah tidak ada yang berfikir mengurusi Muhammadiyah sebagai profesi. Semua berniat sbg pengabdian. Yang penting dilakukan penuh kesungguhan dan sepenuh kemampuan”.  Dahulu pernah ada gagasan memberi gaji kepada pimpinan Muıammadiyah  supaya waktu dan perhatiannya bisa penuh kepada pesyarikatan. Tanggapan Pak AR  ketika ditanya:...

BUAH KULIT DADA



Barangkali daging buah merah atau jingga
Buah Naga atau Buah Labu
Menggeletar atau gentar ketika
Dari Selatan kaudatang dengan pisau
Terdetak lekak sepatu kuda
Tak sabar untuk menguji
Buah mana bakalan dewasa
Tak mubazir penuh tanya

Barangkali kulit murni berleher hijau
Buah Naga atau Buah Labu
meluas lepas dikelupas pisaumu
Sementara diam-diam kau birahi
Kepada kulit dada licin
Menyaingi kilatnya pisaumu
Kilat yang berhamburan dari bola mata

Barangkali kau harus lekas
Daging buah: Buah Naga atau Buah Labu
Kini sudah berada di puncak lapar kami
Selesaikan ujianmu agar kami tahu
Yang mana perabung dan mana penyaru
Sebab kau lebih mahir mendedah pisau
Kau paling tahu lapis-lapis urat
Lapis-lapis dinding bertangkup-tangkup labirin

Barangkali tak ada lagi yang menyimak
Orang-orang sudah tergegas menyentuh cawan dan piring
Parak kami ajang bertempur
Melenyapkan daging buah dan kulit buah
Getah buah noda yang mendarahi kulit jangat
Saling membasmi hingga benar-benar mabuk
Wujud kampung halaman kami
Wajah orang-orang suci pendosa belaka.


Padang, 2014
 Dimuat suratkabar Padang Ekspres, Minggu 8 Februari 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Fiksi dalam Sorak Sorai Kepergian dan Penantian

 (Kolom Apresiasi di SKH Haluan, 11 September 2016) Oleh Denni Meilizon AGAKNYA kata “rindu” memang tidak pernah bisa dipisahkan dari sebuah jarak antara kepergian dengan penantian. Sebagaimana sebuah kapal yang melayari lautan, perjalanan telah membawa semua ekspektasi kata “rindu” yang malih rupa kemudian dengan sebutan kenangan. Sedangkan kenangan selalu berupa sebentuk rumah, kebersamaan dan jejak. Puisi “Yang Ditahan Angin Rantau” menggambarkan betapa kenangan telah berumah di tanah perantauan sedangkan di kampung halaman tertinggal sebentuk ingatan. Larik begini, Sepanjang malam adalah angin yang berembus menikam jauh sampai ke putih tulang/ Penyair seakan memberitahukan kepada kita bahwa rindu rumah kampung halaman telah mencukam dalam sampai titik paling rendah, sampai ke tulang.   Anak rindu kepada masakan Ibunda dan tepian mandi ketika kanak-kanak. Tetapi, puisi ini bukanlah hendak menuntaskan keinginan itu. Tak ada waktu untuk menjemput kenangan. Lihat...

ENJAMBEMEN DAN ESENSINYA PADA PEMAKNAAN PUISI SECARA UTUH

( copas milik Imron Tohari ) Puisi adalah media dan atau sarana komunikasi untuk melahirkan pemikiran-pemikiran baru (kebaharuan piker/new opinion) atas olah rasa dan atau olah batin dan atau olah laku kehidupan, baik yang merupakan sesuatu hasil dari lelaku langsung maupun dari apa yang ditangkap oleh panca indra dari lingkungan sekitar (diluar diri) yang melahirkan pemikiran-pemikiran baru dalam upayanya memberi nilai positip dimasa-masa selanjutnya” (lifespirit, 2010)