Langsung ke konten utama

Gaji Pimpinan di Muhammadiyah

BELUM SEMUA KENAL MUHAMMADIYAH,,, 😍😍😍 Seorang pengurus yayasan bertanya: "Berapa gaji pengurus Muhammadiyah yang tertinggi dan terendah?” “Pimpinan tidak ada yang digaji, hanya karyawan yg digaji” jawab saya.  “Apa benar ? Kalau begitu dari mana sumber ekonomi mereka ?” “Semua pimpinan Muhammadiyah punya pekerjaan, tidak menganggur”. "Bagaimana kalau tugas Muhammadiyah bersamaan dengan tugas pekerjaan?” “Jika waktu berbenturan, tugas pekerjaan didahulukan, baru Muhammadiyah”. “Kalau begitu tidak profesional karena menomorduakan Muhammadiyah” “Mungkin menurut orang lain tidak profesional. Tetapi itu lebih baik karena semua pimpinan Muhammadiyah tidak ada yang berfikir mengurusi Muhammadiyah sebagai profesi. Semua berniat sbg pengabdian. Yang penting dilakukan penuh kesungguhan dan sepenuh kemampuan”.  Dahulu pernah ada gagasan memberi gaji kepada pimpinan Muıammadiyah  supaya waktu dan perhatiannya bisa penuh kepada pesyarikatan. Tanggapan Pak AR  ketika ditanya:  ”Itu niat

Puisi Minggu 29 April 2018 (Koran Padang Ekspres)

PUISI DENNI MEILIZON


kelahiran

melalui jalan yang kini
 akan disebut sebagai puisi itu
aku telah mengajakmu
menjarak dari kesedihan
airmata

tidak bisa kita jahiti jarak itu
membuka mata bersahaja
dalam keseluruhan kerja
menjadi manusia ini

pembicaraan diselingi airmata
dan darah tumpah lagi di lain tempat

 kelak jalan itu akan disebut bahagia
gembira dalam bahasa atau apapun
yang tidak pernah kita pahami benar
sesungguhnya apa

kita meraba ia
dengan kerendahatian
terbangun dan terjaga
si tubuh fana pengetahuan
atau omong kosong belaka.

2018

labirin

mari sayangku,
perbincangan kita
telah kembali ke pangkal

senoktahpun tak menyimpul
ujung jalan tak menawarkan apapun
tubuh fana kita mengirap ke dalam tabir
masih mencari keluar labirin

puisi kataku misteri bagimu
mari sayangku, kita terjaga
sebelum abad-abad melintas
dan peradaban kita terbangun
dari tidur kita yang gembira.

2018
  

dongeng

1/
amos mengubah cahaya malih rupa itu
dari nyala yang jauh
kini belantara gemerlap

sesuatu telah turun menerangkan
sebelum nubuat didengarkan
bermiliun suara dari getar yang senyap
di dalam bait tuhan 

2/
imam-imam menggegerkan murka
mengubah persembahan
panah-panah kematian

tombak juga pedang yang dihunus
melukadarahi mezbah
pelataran rumah keabadian

3/
kehancuran mendekat
pekat malam menyala 
seperti fajar menggulung malam

mulut amos si gembala
menyerpihkan gumam
terlihat seperti potongan daging
milik saudaranya yang ia kasihi

jamuan terakhir tak sempat
suara getar lenyap
para raja mabuk berapi-api
keberimanan ayat-ayat baru para imam
menyanjung memberi kuasa abadi

4/
di istana raja-raja
dalam kitab-kitab
 kita mencari amos
ia hilang ketika kata pertama
nubuat difirmankan.

2018


ketika ayah ada di rumah

kita menunggu laba-laba dari persia
ia mengantar madu untuk pesta kebun
udara penuh dengan serbuk sari bunga
yang daripadanya asal segala benang milik bunda
 aku melihat danau telah meluah menjadi sungai
dan kita adalah teman seperjalanan
menuju pulau bajak laut penuh koin emas
aku jadi mualim dan kau nakhoda
bunda adalah lautan yang selalu berdoa
ia lagu latar kita
maka kadang ia berdendang
tetap doa

“bisakah mualim meramal badai?”
kaubertanya membentang peta
 jalur pelayaran kita mencari dunia harapan
kulihat lekuknya ada prasasti ada diorama,
ada fragmen ada aku ada bunda,
ada terang

“aku melihat..” kataku
“nakhodaku menjelajahi delapan samudera," sambungku
kau memberi binar mata
meminta peluk kepada bunda

“ayah, berapa upah ayah untuk
selalu ada menjadi mualim bagi nakhoda?”

 2018   




pulang, selalu pulang 

apa yang ada dari bayangan.
rumah atau apapun yang disebut sebagai ruang.
penglihatan atau apapun yang disebut sebagai waktu.
 jalan yang dicari. rasa yang tercecap.
milyar tahun  lampau.
asal mula dari segala.
degup dalam hampa. sunyi pada apa.
dentum dalam hampa.
semesta tahun cahaya.

asal tubuh, zat tak berawal tak berakhir.
dari dengung, ataukah dari senandung.
dari selain tulang rusuk atau dari lumpur busuk.
jiwa, napas semesta.
nama benda, peta tanda.
jalan pulang, selalu pulang.

pada rumah atau apapun yang disebut sebagai ruang.
atau apapun yang disebut sebagai waktu.
sejak sunyi hingga bunyi. dari bunyi kepada sepi.
dari bayangan hingga ujung semesta.
petala petala. galaksi lubang hitam.
rasa. benda. ah, nama.

yang tahu segala nama. tahu semua tanda.
beri degup beri dengung.
beri bunyi beri senandung.
dari titik. garis. ujung, pangkal. kembali ke titik.

rusuk, lumpur. busuk, tersungkur.
cahaya. cahaya. cahaya.
surga, neraka.

2018


*Dimuat koran Padang Ekspres, 29 April 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Fiksi dalam Sorak Sorai Kepergian dan Penantian

 (Kolom Apresiasi di SKH Haluan, 11 September 2016) Oleh Denni Meilizon AGAKNYA kata “rindu” memang tidak pernah bisa dipisahkan dari sebuah jarak antara kepergian dengan penantian. Sebagaimana sebuah kapal yang melayari lautan, perjalanan telah membawa semua ekspektasi kata “rindu” yang malih rupa kemudian dengan sebutan kenangan. Sedangkan kenangan selalu berupa sebentuk rumah, kebersamaan dan jejak. Puisi “Yang Ditahan Angin Rantau” menggambarkan betapa kenangan telah berumah di tanah perantauan sedangkan di kampung halaman tertinggal sebentuk ingatan. Larik begini, Sepanjang malam adalah angin yang berembus menikam jauh sampai ke putih tulang/ Penyair seakan memberitahukan kepada kita bahwa rindu rumah kampung halaman telah mencukam dalam sampai titik paling rendah, sampai ke tulang.   Anak rindu kepada masakan Ibunda dan tepian mandi ketika kanak-kanak. Tetapi, puisi ini bukanlah hendak menuntaskan keinginan itu. Tak ada waktu untuk menjemput kenangan. Lihatlah larik

DIALOG SUNYI REFDINAL MUZAN DALAM SALJU DI SINGGALANG

Harian Umum RAKYAT SUMBAR edisi SABTU, 25 Januari 2014 Ketika menutup tahun 2013 lalu, Refdinal Muzan kembali menerbitkan kumpulan sajaknya dengan judul "Salju di Singgalang". Penyair melankonis dan teduh ini benar-benar sangat produktif "berkebun" kata-kata. Bahasa qalbunya menyala. Sajak-sajaknya mencair mencari celah untuk mengalir dengan melantunkan irama yang mengetuk-ngetuk pintu bathin pembaca, mengajak bergumul, berbaris lalu berlahan lumat bersama kelindan kata yang merefleksikan pergerakan kreatifitas kepenyairannya. Membaca sajak-sajaknya memberikan ruang untuk berdialog lalu menarik  kita untuk ikut ke dalam pengembaraan dengan wajah menunduk, bertafakur dalam sunyi, menghormati kemanisan sajak yang disajikan berlinang madu.

KAJIAN PUISI-BUNYI DALAM SAJAK

BAB I  PENDAHULUAN   1.1          Latar Belakang Sastra merupakan cabang seni yang mengalami proses pertumbuhan sejalan dengan perputaran waktu dan perkembangan pikiran masyarakat.  Demikian pula sastra Indonesia terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman, karena sastra adalah produk  (sastrawan) yang lahir dengan fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupan masyarakat.