Langsung ke konten utama

Gaji Pimpinan di Muhammadiyah

BELUM SEMUA KENAL MUHAMMADIYAH,,, 😍😍😍 Seorang pengurus yayasan bertanya: "Berapa gaji pengurus Muhammadiyah yang tertinggi dan terendah?” “Pimpinan tidak ada yang digaji, hanya karyawan yg digaji” jawab saya.  “Apa benar ? Kalau begitu dari mana sumber ekonomi mereka ?” “Semua pimpinan Muhammadiyah punya pekerjaan, tidak menganggur”. "Bagaimana kalau tugas Muhammadiyah bersamaan dengan tugas pekerjaan?” “Jika waktu berbenturan, tugas pekerjaan didahulukan, baru Muhammadiyah”. “Kalau begitu tidak profesional karena menomorduakan Muhammadiyah” “Mungkin menurut orang lain tidak profesional. Tetapi itu lebih baik karena semua pimpinan Muhammadiyah tidak ada yang berfikir mengurusi Muhammadiyah sebagai profesi. Semua berniat sbg pengabdian. Yang penting dilakukan penuh kesungguhan dan sepenuh kemampuan”.  Dahulu pernah ada gagasan memberi gaji kepada pimpinan Muıammadiyah  supaya waktu dan perhatiannya bisa penuh kepada pesyarikatan. Tanggapan Pak AR  ketika ditanya:  ”Itu niat

LOMBA CIPTA PUISI TINGKAT NASIONAL BERTEMA BENCANA

LOMBA CIPTA PUISI TINGKAT NASIONAL BERTEMA BENCANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dear penulis muda Indonesia. Apa kabar Anda? Harapan dan doa kami, semoga Anda tetap sehat dan terus aktif berkarya.

Tahun 2014 bisa disebut tahun bencana. Di mana-mana terjadi bencana alam, mulai dari gunung meletus, gempa bumi, banjir bandang, tanah longsor, kabut asap, serta banyak bencana lainnya. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya bencana itu, salah satunya sebab ulah tangan manusia.


Berangkat dari fenomena yang terjadi secara global itu, FAM Indonesia kembali membuka Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional yang kali ini bertajuk “Bencana Alam, Cara Tuhan Menegur Kita”. Apa syarat dan ketentuannya? Simak sbb:

1. Lomba terbuka untuk semua kalangan, baik berstatus anggota maupun non-anggota FAM Indonesia, baik muslim maupun non-muslim.

2. Lomba ini tanpa pungutan biaya apa pun dari peserta alias GRATIS.

3. Puisi hanya bertema bencana alam dengan menulis sisi-sisi human interest (kemanusiaan) sehingga menggugah siapa saja yang membacanya.

4. Naskah puisi diketik di microsof word 2003 atau 2007, rapi, kertas kuarto A4, ketikan 1 spasi, jenis font time new roman, ukuran huruf 12.

5. Bentuk puisi bebas, panjang minimal setengah halaman dan maksimal 1 halaman

6. Jumlah puisi yang diikutkan dalam lomba ini maksimal 2 (dua) judul. Bagi penulis yang mengirim puisi lebih dari 2 (dua) judul, maka FAM akan mengambil puisi yang dikirim maksimal 2 (dua) judul pada kiriman yang pertama.

7. Di bagian akhir puisi dibubuhkan identitas peserta yang terdiri dari: NAMA LENGKAP (bukan Nama Pena), NOMOR IDFAM (hanya khusus anggota FAM, non-anggota FAM tanpa ID), ASAL DAERAH, NOMOR HP dan ALAMAT EMAIL.

8. Naskah puisi yang dilombakan dikirim ke email FAM Indonesia: lombafamindonesia@gmail.com, dengan Subjek Email “LOMBA CIPTA PUISI FAM INDONESIA_NAMA PENULIS”. Selain itu, kirim juga BIODATA NARASI maksimal panjang 4 (empat) baris).

9. Naskah puisi dilampirkan di attach file (lampiran email), bukan di badan email, dan kiriman email membubuhkan surat pengantar yang menyebutkan bahwa naskah puisi adalah asli (original), belum pernah diterbitkan, dan bersedia didiskualifikasi jika diketahui telah diikutkan pada event lain ataupun telah terbit di media massa

10. Tim FAM akan meng-update judul puisi dan nama peserta di grup (klik) https://www.facebook.com/groups/forumaishiterumenulis/ (bagi yang belum bergabung di grup silakan bergabung).

HADIAH-HADIAH

Juara 1:
Baju Kaos + Paket Buku + Piagam Penghargaan + Naskah Puisi Dibukukan

Juara 2:
Baju Kaos + Paket Buku + Piagam Penghargaan + Naskah Puisi Dibukukan

Juara 3:
Baju Kaos + Paket Buku + Piagam Penghargaan + Naskah Puisi Dibukukan

77 NASKAH PUISI PILIHAN DIBERIKAN PIAGAM PENGHARGAAN DAN NASKAH PUISI DIBUKUKAN!

Seluruh peserta yang mengikuti lomba ini mendapatkan Piagam Penghargaan dari FAM Indonesia.

Ayo, tunggu apa lagi. Segera kirim puisi terbaik Anda, dan jadilah Sang Pemenang.

Salam santun, salam karya.

FAM INDONESIA
www.famindonesia.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Fiksi dalam Sorak Sorai Kepergian dan Penantian

 (Kolom Apresiasi di SKH Haluan, 11 September 2016) Oleh Denni Meilizon AGAKNYA kata “rindu” memang tidak pernah bisa dipisahkan dari sebuah jarak antara kepergian dengan penantian. Sebagaimana sebuah kapal yang melayari lautan, perjalanan telah membawa semua ekspektasi kata “rindu” yang malih rupa kemudian dengan sebutan kenangan. Sedangkan kenangan selalu berupa sebentuk rumah, kebersamaan dan jejak. Puisi “Yang Ditahan Angin Rantau” menggambarkan betapa kenangan telah berumah di tanah perantauan sedangkan di kampung halaman tertinggal sebentuk ingatan. Larik begini, Sepanjang malam adalah angin yang berembus menikam jauh sampai ke putih tulang/ Penyair seakan memberitahukan kepada kita bahwa rindu rumah kampung halaman telah mencukam dalam sampai titik paling rendah, sampai ke tulang.   Anak rindu kepada masakan Ibunda dan tepian mandi ketika kanak-kanak. Tetapi, puisi ini bukanlah hendak menuntaskan keinginan itu. Tak ada waktu untuk menjemput kenangan. Lihatlah larik

DIALOG SUNYI REFDINAL MUZAN DALAM SALJU DI SINGGALANG

Harian Umum RAKYAT SUMBAR edisi SABTU, 25 Januari 2014 Ketika menutup tahun 2013 lalu, Refdinal Muzan kembali menerbitkan kumpulan sajaknya dengan judul "Salju di Singgalang". Penyair melankonis dan teduh ini benar-benar sangat produktif "berkebun" kata-kata. Bahasa qalbunya menyala. Sajak-sajaknya mencair mencari celah untuk mengalir dengan melantunkan irama yang mengetuk-ngetuk pintu bathin pembaca, mengajak bergumul, berbaris lalu berlahan lumat bersama kelindan kata yang merefleksikan pergerakan kreatifitas kepenyairannya. Membaca sajak-sajaknya memberikan ruang untuk berdialog lalu menarik  kita untuk ikut ke dalam pengembaraan dengan wajah menunduk, bertafakur dalam sunyi, menghormati kemanisan sajak yang disajikan berlinang madu.

KAJIAN PUISI-BUNYI DALAM SAJAK

BAB I  PENDAHULUAN   1.1          Latar Belakang Sastra merupakan cabang seni yang mengalami proses pertumbuhan sejalan dengan perputaran waktu dan perkembangan pikiran masyarakat.  Demikian pula sastra Indonesia terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman, karena sastra adalah produk  (sastrawan) yang lahir dengan fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupan masyarakat.