Langsung ke konten utama

Gaji Pimpinan di Muhammadiyah

BELUM SEMUA KENAL MUHAMMADIYAH,,, 😍😍😍 Seorang pengurus yayasan bertanya: "Berapa gaji pengurus Muhammadiyah yang tertinggi dan terendah?” “Pimpinan tidak ada yang digaji, hanya karyawan yg digaji” jawab saya.  “Apa benar ? Kalau begitu dari mana sumber ekonomi mereka ?” “Semua pimpinan Muhammadiyah punya pekerjaan, tidak menganggur”. "Bagaimana kalau tugas Muhammadiyah bersamaan dengan tugas pekerjaan?” “Jika waktu berbenturan, tugas pekerjaan didahulukan, baru Muhammadiyah”. “Kalau begitu tidak profesional karena menomorduakan Muhammadiyah” “Mungkin menurut orang lain tidak profesional. Tetapi itu lebih baik karena semua pimpinan Muhammadiyah tidak ada yang berfikir mengurusi Muhammadiyah sebagai profesi. Semua berniat sbg pengabdian. Yang penting dilakukan penuh kesungguhan dan sepenuh kemampuan”.  Dahulu pernah ada gagasan memberi gaji kepada pimpinan Muıammadiyah  supaya waktu dan perhatiannya bisa penuh kepada pesyarikatan. Tanggapan Pak AR  ketika ditanya:  ”Itu niat

Menulis Konjungsi (Kata Sambung)

Berikut ini adalah daftar kata-kata konjungsi yang harus ditulis dengan huruf kecil pada judul kecuali di awal kalimat:

A
adalah
adapun
agar
ala
alias
apabila
asal (dengan makna syarat)
Contoh:
1.  Inilah 5 Artis Asal Garut yang Sukses di Ranah Dangdut (kata ‘asal’ dalam kalimat ini tidak mengandung makna syarat, jadi huruf awalnya ditulis dengan huruf besar)
2. Pria Ini Diperbolehkan Tanam Ganja asal Melapor ke Polda (kata ‘asal’ di sini mengandung makna syarat, ditulis dengan huruf kecil)

atas (kecuali merujuk tempat)
Contoh:
1. Indonesia Menang atas Vietnam dalam Laga Persahabatan (ini “atas” yang tidak menunjukkan keterangan tempat ditulis huruf kecil)
2. Pria Ini Mencari Ponselnya yang Ternyata di Atas Lemari (“atas” yang menunjukkan keterangan tempat, ditulis dengan huruf kapital)

akan (kecuali merujuk waktu)
Contoh:
1. Erwan Akan Menampilkan Tarian Perut (ini contoh”akan” yang menunjukkan keterangan waktu, ditulis dengan huruf kapital)
2. Erwan Heran akan Tabungannya yang Tiba-tiba Bertambah (“akan” yang tidak menunjukkan keterangan waktu ditulis dengan huruf kecil)

B
bagai
bagi
bahkan
bahwa
bak
berkat (dengan makna karena)
Contoh:
MU Menang atas City berkat Gol Tunggal Pogba

biar (dengan makna agar)
Contoh:
1. Mourinho Akan Menaikkan Gaji
Biar Pogba Bertahan

biarpun
bilamana

buat (dengan makna untuk)
Contoh:
1. Cara Buat Kue Cokelat (“buat” di kalimat ini berarti proses yang menghasilkan kue)
2. Zlatan Ibrahimovic Cetak Gol buat Manchester United (“buat” di kalimat ini berarti “untuk” Manchester United)

D
dalam (kecuali merujuk tempat)
Contoh:
1. Garuda Ditargetkan Raup Untung dalam 1 Tahun
dan
dari
daripada
demi
dengan
di

G
guna

H
hingga

I
ialah

J
jika

K
Kalau
Karena
Ke
Kecuali
Kepada
Ketika
Ketika
Ketimbang

L
laksana
lalu (dengan makna kemudian)
Contoh:
1. Klub Ini Jual Pemain, lalu Ini yang Terjadi

lewat (dengan makna perantara)
Contoh:
1. Bertemu Bos Harus lewat Asistennya (“lewat” pada kalimat ini bermakna perantara untuk dapat mencapai tujuannya)
2. Cara Cepat Lewati Jalan Sudirman pada Jam Sibuk (“lewat” pada kalimat ini bermakna karta kerja)

M
maka
malahan
manakala
melainkan
memang
mengenai
meski
mulai

N
namun
nan

O
oleh

P
pada
padahal
per
perlu (dalam makna untuk)
Contoh:
Jakarta perlu Bersihkan Sampah di Sungai

pula
pun

S
Saat
Sambil

T
Tatkala
Tentang
Terhadap
tapi/tetapi

U
untuk

V
versus
via

W
walau

Y
yaitu
yakni
yang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Fiksi dalam Sorak Sorai Kepergian dan Penantian

 (Kolom Apresiasi di SKH Haluan, 11 September 2016) Oleh Denni Meilizon AGAKNYA kata “rindu” memang tidak pernah bisa dipisahkan dari sebuah jarak antara kepergian dengan penantian. Sebagaimana sebuah kapal yang melayari lautan, perjalanan telah membawa semua ekspektasi kata “rindu” yang malih rupa kemudian dengan sebutan kenangan. Sedangkan kenangan selalu berupa sebentuk rumah, kebersamaan dan jejak. Puisi “Yang Ditahan Angin Rantau” menggambarkan betapa kenangan telah berumah di tanah perantauan sedangkan di kampung halaman tertinggal sebentuk ingatan. Larik begini, Sepanjang malam adalah angin yang berembus menikam jauh sampai ke putih tulang/ Penyair seakan memberitahukan kepada kita bahwa rindu rumah kampung halaman telah mencukam dalam sampai titik paling rendah, sampai ke tulang.   Anak rindu kepada masakan Ibunda dan tepian mandi ketika kanak-kanak. Tetapi, puisi ini bukanlah hendak menuntaskan keinginan itu. Tak ada waktu untuk menjemput kenangan. Lihatlah larik

DIALOG SUNYI REFDINAL MUZAN DALAM SALJU DI SINGGALANG

Harian Umum RAKYAT SUMBAR edisi SABTU, 25 Januari 2014 Ketika menutup tahun 2013 lalu, Refdinal Muzan kembali menerbitkan kumpulan sajaknya dengan judul "Salju di Singgalang". Penyair melankonis dan teduh ini benar-benar sangat produktif "berkebun" kata-kata. Bahasa qalbunya menyala. Sajak-sajaknya mencair mencari celah untuk mengalir dengan melantunkan irama yang mengetuk-ngetuk pintu bathin pembaca, mengajak bergumul, berbaris lalu berlahan lumat bersama kelindan kata yang merefleksikan pergerakan kreatifitas kepenyairannya. Membaca sajak-sajaknya memberikan ruang untuk berdialog lalu menarik  kita untuk ikut ke dalam pengembaraan dengan wajah menunduk, bertafakur dalam sunyi, menghormati kemanisan sajak yang disajikan berlinang madu.

KAJIAN PUISI-BUNYI DALAM SAJAK

BAB I  PENDAHULUAN   1.1          Latar Belakang Sastra merupakan cabang seni yang mengalami proses pertumbuhan sejalan dengan perputaran waktu dan perkembangan pikiran masyarakat.  Demikian pula sastra Indonesia terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman, karena sastra adalah produk  (sastrawan) yang lahir dengan fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupan masyarakat.