Langsung ke konten utama

Gaji Pimpinan di Muhammadiyah

BELUM SEMUA KENAL MUHAMMADIYAH,,, 😍😍😍 Seorang pengurus yayasan bertanya: "Berapa gaji pengurus Muhammadiyah yang tertinggi dan terendah?” “Pimpinan tidak ada yang digaji, hanya karyawan yg digaji” jawab saya.  “Apa benar ? Kalau begitu dari mana sumber ekonomi mereka ?” “Semua pimpinan Muhammadiyah punya pekerjaan, tidak menganggur”. "Bagaimana kalau tugas Muhammadiyah bersamaan dengan tugas pekerjaan?” “Jika waktu berbenturan, tugas pekerjaan didahulukan, baru Muhammadiyah”. “Kalau begitu tidak profesional karena menomorduakan Muhammadiyah” “Mungkin menurut orang lain tidak profesional. Tetapi itu lebih baik karena semua pimpinan Muhammadiyah tidak ada yang berfikir mengurusi Muhammadiyah sebagai profesi. Semua berniat sbg pengabdian. Yang penting dilakukan penuh kesungguhan dan sepenuh kemampuan”.  Dahulu pernah ada gagasan memberi gaji kepada pimpinan Muıammadiyah  supaya waktu dan perhatiannya bisa penuh kepada pesyarikatan. Tanggapan Pak AR  ketika ditanya:  ”Itu niat

MEMBACA PESAN KEHIDUPAN DI MATA SANG GARUDA




Judul               : Air Mata Sang Garuda
Penulis             : Ade Ubaidil
Penerbit           : AG Litera
Cetakan           : Pertama, Oktober 2013
Tebal               : xiv + 245 Halaman
ISBN               : 978-602-7692-69-5



Mempelajari kehidupan manusia tentu tidak akan ada habis-habisnya sepanjang kehidupan itu masih berlangsung di muka bumi ini. Ada banyak pelajaran yang bisa dipetik bila kehidupan itu benar-benar dihayati serta direnungkan. Keseluruhannya dimaksudkan Tuhan sebagai pemberi pelajaran bagi manusia yang mau membuka wawasan dan pengetahuannya untuk kemudian berhijrah menuju kesempurnaan yang arif dalam menuntaskan fragmen demi fragmen kehidupan.

Fragmen demi fragmen kehidupan itu sesungguhnya adalah cerita tentang kita sendiri. Kisahnya terserak begitu banyak di sekitar kita. Maka bila kisah-kisah itu kembali dituliskan dalam bahasa sastra niscaya bakal menjadi sebuah cermin, memantulkan wujud yang memberi makna bagi orang lain sehingga menjadi penawar dahaga di tengah terpaan badai kehidupan.

Buku Kumpulan Cerpen “Air Mata Sang Garuda” ini memuat 20 (dua puluh) cerita pendek yang mengajari kita bahwa segala kejadian di atas dunia ini selalu memberikan hikmah dan pesan. Ada kekuatan bercerita yang disampaikan oleh penulisnya. Pesannya tak kering, namun basah dan merayap dari mata kemudian memendam ke dalam hati. Tema-tema dalam buku ini mengangkat tentang cinta, kasih sayang, perjuangan hidup, dan nasionalisme dari sudut padang seorang anak muda yang sedang mekar-mekarnya untuk menghisap bulir-bulir kehidupan.

Ada beberapa cerita pendek dalam buku ini yang memberikan catatan kaki sehingga membantu pembaca untuk lebih memahami istilah yang digunakan. Pada halaman awal setiap cerita juga disisipkan pesan-pesan moral dari penulis terkait isi ceritanya sehingga sedari awal pembaca sudah diajak untuk merenungi dengan tidak meraba-raba, menerka dan menebak jalan cerita. Pesan-pesan moral seperti ini masih sangat jarang disertakan sehingga menjadi hal yang menarik dan sebuah keunikan buku ini.

Puisi-puisi juga disisipkan oleh penulis pada beberapa ceritanya. Puisi-puisi gubahan Ade Ubaidil itu menjadi penguat alur cerita dan menjadikannya manis terasa. Dua bentuk kesusasteraan dijadikan satu tentunya hanya mampu dilakukan oleh penulis yang berbakat dalam mengolah keliaran kata karena jelas membutuh daya imajinasi dan nalar yang tinggi untuk menjadikannya menyatu dan saling membangun.

Buku Kumpulan Cerpen “Air Mata Sang Garuda” ini layak menjadi pilihan anda akan buku-buku cerita yang bernas. Memang cukup tebal untuk sebuah buku kumpulan cerpen namun di dalam ketebalan buku ini tersimpan mutiara-mutiara mutu manikam kehidupan yang pantas untuk disejajarkan dengan koleksi perpustakaan anda.
Peresensi : Denni Meilizon
(Di muat oleh Surat Kabar Harian Umum Singgalang, Minggu 02 Februari 2014)

Komentar

  1. terima kasih banyak bang :) mampir juga di mari hehehe


    http://quadraterz.blogspot.com/2013/03/lomba-resensi-buku-forum-aktif-menulis.html#comment-form

    BalasHapus

Posting Komentar

Selamat datang dan membaca tulisan dalam Blog ini. Silakan tinggalkan komentar sebagai tanda sudah berkunjung, salam dan bahagia selalu.

Postingan populer dari blog ini

Puisi Fiksi dalam Sorak Sorai Kepergian dan Penantian

 (Kolom Apresiasi di SKH Haluan, 11 September 2016) Oleh Denni Meilizon AGAKNYA kata “rindu” memang tidak pernah bisa dipisahkan dari sebuah jarak antara kepergian dengan penantian. Sebagaimana sebuah kapal yang melayari lautan, perjalanan telah membawa semua ekspektasi kata “rindu” yang malih rupa kemudian dengan sebutan kenangan. Sedangkan kenangan selalu berupa sebentuk rumah, kebersamaan dan jejak. Puisi “Yang Ditahan Angin Rantau” menggambarkan betapa kenangan telah berumah di tanah perantauan sedangkan di kampung halaman tertinggal sebentuk ingatan. Larik begini, Sepanjang malam adalah angin yang berembus menikam jauh sampai ke putih tulang/ Penyair seakan memberitahukan kepada kita bahwa rindu rumah kampung halaman telah mencukam dalam sampai titik paling rendah, sampai ke tulang.   Anak rindu kepada masakan Ibunda dan tepian mandi ketika kanak-kanak. Tetapi, puisi ini bukanlah hendak menuntaskan keinginan itu. Tak ada waktu untuk menjemput kenangan. Lihatlah larik

DIALOG SUNYI REFDINAL MUZAN DALAM SALJU DI SINGGALANG

Harian Umum RAKYAT SUMBAR edisi SABTU, 25 Januari 2014 Ketika menutup tahun 2013 lalu, Refdinal Muzan kembali menerbitkan kumpulan sajaknya dengan judul "Salju di Singgalang". Penyair melankonis dan teduh ini benar-benar sangat produktif "berkebun" kata-kata. Bahasa qalbunya menyala. Sajak-sajaknya mencair mencari celah untuk mengalir dengan melantunkan irama yang mengetuk-ngetuk pintu bathin pembaca, mengajak bergumul, berbaris lalu berlahan lumat bersama kelindan kata yang merefleksikan pergerakan kreatifitas kepenyairannya. Membaca sajak-sajaknya memberikan ruang untuk berdialog lalu menarik  kita untuk ikut ke dalam pengembaraan dengan wajah menunduk, bertafakur dalam sunyi, menghormati kemanisan sajak yang disajikan berlinang madu.

KAJIAN PUISI-BUNYI DALAM SAJAK

BAB I  PENDAHULUAN   1.1          Latar Belakang Sastra merupakan cabang seni yang mengalami proses pertumbuhan sejalan dengan perputaran waktu dan perkembangan pikiran masyarakat.  Demikian pula sastra Indonesia terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman, karena sastra adalah produk  (sastrawan) yang lahir dengan fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupan masyarakat.