BELUM SEMUA KENAL MUHAMMADIYAH,,, 😍😍😍 Seorang pengurus yayasan bertanya: "Berapa gaji pengurus Muhammadiyah yang tertinggi dan terendah?” “Pimpinan tidak ada yang digaji, hanya karyawan yg digaji” jawab saya. “Apa benar ? Kalau begitu dari mana sumber ekonomi mereka ?” “Semua pimpinan Muhammadiyah punya pekerjaan, tidak menganggur”. "Bagaimana kalau tugas Muhammadiyah bersamaan dengan tugas pekerjaan?” “Jika waktu berbenturan, tugas pekerjaan didahulukan, baru Muhammadiyah”. “Kalau begitu tidak profesional karena menomorduakan Muhammadiyah” “Mungkin menurut orang lain tidak profesional. Tetapi itu lebih baik karena semua pimpinan Muhammadiyah tidak ada yang berfikir mengurusi Muhammadiyah sebagai profesi. Semua berniat sbg pengabdian. Yang penting dilakukan penuh kesungguhan dan sepenuh kemampuan”. Dahulu pernah ada gagasan memberi gaji kepada pimpinan Muıammadiyah supaya waktu dan perhatiannya bisa penuh kepada pesyarikatan. Tanggapan Pak AR ketika ditanya: ”Itu niat
Kau begitu lasak menggamit tanganku
Pegangan pada pinggangku yang tambun
Pun sedikit cubitan pada pipi gembulku
Selalu saja mesti dimaknai dengan cinta
Cinta yang digambarkan pada garis tangan
Atau juga dilukiskan pada kerut dikening
Kadang juga menempel pada binar mata dan seulas senyum
Jadi, disanalah kita
Memberi lambaian kepada angin dan senja berlalu
Menghembuskan nafas berembun pada permukaan kaca jendela
Atau merabai ujung runcing rumpun padi yang semarak
Terhampar luas menghijau indah nian tiada tara
Kita tegak berdiri menuangkan warna biru pada langit
Serta mengaliri sungai dari puncak bukit turun ke lembah cinta
Sambil menyetarakan ruang dan juga waktu
Jadi, disanalah kita
ditegakkan pada karang-karang
dikebatkan pada tiang-tiang
ditepi jurang apatah jua ditepi samudera
menantang cakrawala untuk berkelahi
atau meloncat menyuruk ke dasar jurang dan samudera
Kau itu sepadan sungguh bagiku
karena cinta itu.
Pegangan pada pinggangku yang tambun
Pun sedikit cubitan pada pipi gembulku
Selalu saja mesti dimaknai dengan cinta
Cinta yang digambarkan pada garis tangan
Atau juga dilukiskan pada kerut dikening
Kadang juga menempel pada binar mata dan seulas senyum
Jadi, disanalah kita
Memberi lambaian kepada angin dan senja berlalu
Menghembuskan nafas berembun pada permukaan kaca jendela
Atau merabai ujung runcing rumpun padi yang semarak
Terhampar luas menghijau indah nian tiada tara
Kita tegak berdiri menuangkan warna biru pada langit
Serta mengaliri sungai dari puncak bukit turun ke lembah cinta
Sambil menyetarakan ruang dan juga waktu
Jadi, disanalah kita
ditegakkan pada karang-karang
dikebatkan pada tiang-tiang
ditepi jurang apatah jua ditepi samudera
menantang cakrawala untuk berkelahi
atau meloncat menyuruk ke dasar jurang dan samudera
Kau itu sepadan sungguh bagiku
karena cinta itu.
Bait pertama sy bisa mendeskripsikan,senyum2 malah.. Pada bait2 selanjutnya kening mulai berkerut,harus baca berulang2 utk dpt memaknainya.. Mungkin krn sy golongan orng awam yg buta tntang tulisan berdiksi. Hebat.., dua jempol utk Bang Denni *jika sy ingin sprti bang Denni ataupun penulis lainnya, itu hanya hayalan sebatas impian.. Salam kenal Bang
BalasHapus