Langsung ke konten utama

Gaji Pimpinan di Muhammadiyah

BELUM SEMUA KENAL MUHAMMADIYAH,,, 😍😍😍 Seorang pengurus yayasan bertanya: "Berapa gaji pengurus Muhammadiyah yang tertinggi dan terendah?” “Pimpinan tidak ada yang digaji, hanya karyawan yg digaji” jawab saya.  “Apa benar ? Kalau begitu dari mana sumber ekonomi mereka ?” “Semua pimpinan Muhammadiyah punya pekerjaan, tidak menganggur”. "Bagaimana kalau tugas Muhammadiyah bersamaan dengan tugas pekerjaan?” “Jika waktu berbenturan, tugas pekerjaan didahulukan, baru Muhammadiyah”. “Kalau begitu tidak profesional karena menomorduakan Muhammadiyah” “Mungkin menurut orang lain tidak profesional. Tetapi itu lebih baik karena semua pimpinan Muhammadiyah tidak ada yang berfikir mengurusi Muhammadiyah sebagai profesi. Semua berniat sbg pengabdian. Yang penting dilakukan penuh kesungguhan dan sepenuh kemampuan”.  Dahulu pernah ada gagasan memberi gaji kepada pimpinan Muıammadiyah  supaya waktu dan perhatiannya bisa penuh kepada pesyarikatan. Tanggapan Pak AR  ketika ditanya:  ”Itu niat

SAJAK ANGKA


1/ (Ruangan 1, Lini belakang)
Kita bubuhkan rencana dalam lurus garis lintang melintang
Mencacah aliran angka berpindah dari kolom ke kolom atau baris ke baris
Pun menderetkan rincian kebutuhan yang ditawarkan buku harga-harga berstandar Sudah seharusnya pulu berkhidmat kepada susun program yang didaraskan membentuk kegiatan-kegiatan pekerjaan sepanjang tahun ini
Dimana Pak Gubernur sudah bertitah dalam sebentuk surat edaran berkepala burung garuda
Maka kita ikuti saja itu kawan dan tak perlu banyak komentar
Sebab angka-angka ini bukan untuk dikomentari dan bukan pula untuk digembar gemborkan dalam suatu konferensi pers
Kita hanya perlu menghitung, mengali, membagi dan mengurangi saja
Kerjakan dengan ketelatenan berpresisi tinggi dalam dedikasi sepenuh jiwa
karena dengan itu pemerintahan rakyat ini berjalan ditahun-tahun mendatang

2/(Ruangan 2, Lini terdepan)
Hangat menegangkan dalam ruangan berhawa dingin hasil kerja air conditioner
Irama jantung berdegup mencoba mengurai detak pikiran kemudian menuangkannya dalam jilid-jilid buku
Semenit tadi meja ditampar tangan akibat hati disinggung oleh langau yang hinggap di setitik bibir
Buah pikir berkali-kali diperdebatkan, di alih-alihkan dan diuraikan secara bergilir diatas pucuk jari tangan yang mengacung
Angka-angka itu kemudian disaji kembali, hasil pekerjaan lini belakang yang tidak pernah disebutkan dalam media massa apapun
Kemudian irama berubah, begitu kiranya keajaiban angka-angka
Sang dirigen mengetuk kemudian membahana koor seiya dan tepuk tangan
Angka-angka itu menjelma menjadi kolom-kolom dan baris-baris lagi
Lalu merasuk kedalam sebuah perkakas diatas meja pemimpin di depan sana
Tuuk...tuk..tuk.. !!!
Palu diketok mantap
Pemerintahan berjalan paling tidak 1 tahun lagi.
2012

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Fiksi dalam Sorak Sorai Kepergian dan Penantian

 (Kolom Apresiasi di SKH Haluan, 11 September 2016) Oleh Denni Meilizon AGAKNYA kata “rindu” memang tidak pernah bisa dipisahkan dari sebuah jarak antara kepergian dengan penantian. Sebagaimana sebuah kapal yang melayari lautan, perjalanan telah membawa semua ekspektasi kata “rindu” yang malih rupa kemudian dengan sebutan kenangan. Sedangkan kenangan selalu berupa sebentuk rumah, kebersamaan dan jejak. Puisi “Yang Ditahan Angin Rantau” menggambarkan betapa kenangan telah berumah di tanah perantauan sedangkan di kampung halaman tertinggal sebentuk ingatan. Larik begini, Sepanjang malam adalah angin yang berembus menikam jauh sampai ke putih tulang/ Penyair seakan memberitahukan kepada kita bahwa rindu rumah kampung halaman telah mencukam dalam sampai titik paling rendah, sampai ke tulang.   Anak rindu kepada masakan Ibunda dan tepian mandi ketika kanak-kanak. Tetapi, puisi ini bukanlah hendak menuntaskan keinginan itu. Tak ada waktu untuk menjemput kenangan. Lihatlah larik

KAJIAN PUISI-BUNYI DALAM SAJAK

BAB I  PENDAHULUAN   1.1          Latar Belakang Sastra merupakan cabang seni yang mengalami proses pertumbuhan sejalan dengan perputaran waktu dan perkembangan pikiran masyarakat.  Demikian pula sastra Indonesia terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman, karena sastra adalah produk  (sastrawan) yang lahir dengan fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupan masyarakat.