Langsung ke konten utama

Gaji Pimpinan di Muhammadiyah

BELUM SEMUA KENAL MUHAMMADIYAH,,, 😍😍😍 Seorang pengurus yayasan bertanya: "Berapa gaji pengurus Muhammadiyah yang tertinggi dan terendah?” “Pimpinan tidak ada yang digaji, hanya karyawan yg digaji” jawab saya.  “Apa benar ? Kalau begitu dari mana sumber ekonomi mereka ?” “Semua pimpinan Muhammadiyah punya pekerjaan, tidak menganggur”. "Bagaimana kalau tugas Muhammadiyah bersamaan dengan tugas pekerjaan?” “Jika waktu berbenturan, tugas pekerjaan didahulukan, baru Muhammadiyah”. “Kalau begitu tidak profesional karena menomorduakan Muhammadiyah” “Mungkin menurut orang lain tidak profesional. Tetapi itu lebih baik karena semua pimpinan Muhammadiyah tidak ada yang berfikir mengurusi Muhammadiyah sebagai profesi. Semua berniat sbg pengabdian. Yang penting dilakukan penuh kesungguhan dan sepenuh kemampuan”.  Dahulu pernah ada gagasan memberi gaji kepada pimpinan Muıammadiyah  supaya waktu dan perhatiannya bisa penuh kepada pesyarikatan. Tanggapan Pak AR  ketika ditanya:  ”Itu niat

DENNI MEILIZON PIMPIN FAM WILAYAH SUMBAR


PADANG – Alaf baru memasuki kepengurusan Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia Wilayah Sumatra Barat di tahun kedua. Denni Meilizon, yang sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris, secara aklamasi terpilih menjadi Ketua Harian FAM Wilayah Sumatra Barat.
Sekretaris FAM Wilayah Sumatra Barat Befaldo Angga, Jumat (29/11) menyebutkan, pemilihan kepengurusan baru FAM Wilayah Sumatra Barat dilatarbelakangi telah berakhirnya masa jabatan pengurus sebelumnya yang dipimpin Nuh Rafi (Pariaman). Nuh Rafi memimpin FAM Sumatra Barat periode 2012-2013.
“Kami menyampaikan terima kasih kepada Nuh Rafi yang memimpin kepengurusan FAM Wilayah Sumatra Barat di masa sebelumnya,” kata Befaldo Angga.

Kepengurusan baru FAM Wilayah Sumatra Barat dipilih dalam Musyawarah Daerah FAM, Ahad (24/11), di Perumahan Safa Marwa, Sungai Lareh, Kota Padang. Hasilnya, Ketua FAM Wilayah Sumatra Barat yang sebelumnya dijabat Nuh Rafi (Pariaman), digantikan Denni Meilizon (Pasaman Barat). Jabatan Sekretaris yang sebelumnya dipegang Denni Meilizon digantikan Befaldo Angga (Padang Pariaman). Sementara di posisi Bendahara yang sebelumnya dijabat Ridha Sri Wahyuni (Padang), digantikan Yosi Gusnilawati (Solok).
Kepengurusan inti diperkuat sejumlah divisi, yaitu Divisi Pelatihan dan Kaderisasi, Hasan Asyar’i (Padangpanjang), Divisi Humas, Desri Erniza (Padang), Divisi Bimbingan Konseling/Kepenulisan, Refdinal Muzan (Bukittinggi) dan Irzen Hawer (Padangpanjang), dan Divisi Lintas Komunitas, Karni Ushalli (Padang).
“Divisi Pelatihan dan Kaderisasi adalah divisi baru dalam kepengurusan FAM Wilayah Sumatra Barat. Divisi ini bertugas untuk mengatur setiap keperluan pelatihan dan kaderisasi bagi anggota FAM, khususnya di Sumatra Barat,” kata Befaldo Angga.
Ketua terpilih FAM Wilayah Sumatra Barat, Denni Meilizon menyebutkan, prioritas program kerja yang akan ia jalankan bersama pengurus FAM Wilayah Sumatra Barat adalah melakukan pembenahan internal pengurus dan menyusun program kerja jangka pendek. Di antara program kerja yang akan dilakukan adalah mengadakan “Kemah Sastra Pelajar”.
“Ini adalah pekerjaan besar yang akan kami laksanakan. Jika ini terlaksana, akan menjadi acara sastra satu-satunya yang diadakan di Sumatra Barat, setidaknya untuk tingkat pelajar,” ujar Denni Meilizon.
Diungkapkannya, dalam Kemah Sastra Pelajar itu, akan dikemas sejumlah kegiatan dengan tajuk mendekatkan sastra kepada pelajar, di antaranya Workshop Kepenulisan di Alam Bebas; baca puisi, baca cerpen, baca fragmen novel, penulisan kritik sastra, termasuk permainan (game) yang menantang adrenalin pelajar agar kreatif dalam bersikap dan berkarya.
“Kami mohon doa kepada semua pihak semoga program-program ini dapat segera terwujud, dalam rangka membumikan literasi di hati anak negeri,” harapnya.
Ketum FAM Indonesia Muhammad Subhan dan Sekjen FAM Indonesia Aliya Nurlela menyambut baik dan mengucapkan selamat atas terbentuknya kepengurusan baru FAM Wilayah Sumatra Barat. Mereka berharap, FAM Wilayah Sumatra Barat akan menjadi inspirator bagi kepengurusan FAM lainnya di Indonesia untuk aktif dan kreatif melakukan kegiatan literasi.
“Menulis memang kerja kreatif seseorang, tetapi untuk membudayakan gemar menulis butuh gerakan kolektif, salah satunya seperti yang dilakukan teman-teman FAM di daerah,” ujar Muhammad Subhan yang juga seorang jurnalis dan penulis.
Sekjen FAM Indonesia Aliya Nurlela menambahkan, FAM Indonesia tak lama lagi akan genap berusia dua tahun, yaitu pada tanggal 2 Maret 2014. Sepanjang usianya yang masih relatif muda, FAM Indonesia sedikit banyak telah memberikan warna bagi kemajuan dunia tulis-menulis di Tanah Air.
“Tentu semua itu tidak lepas dari segala dukungan pengurus FAM di daerah dan juga seluruh anggota FAM yang lintas usia dan profesi. Semoga, FAM dapat selalu memberikan manfaat, sekecil apa pun itu,” harapnya. (REL)

Source : http://www.rimanews.com/read/20131129/129202/denni-meilizon-pimpin-fam-wilayah-sumatra-barat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Fiksi dalam Sorak Sorai Kepergian dan Penantian

 (Kolom Apresiasi di SKH Haluan, 11 September 2016) Oleh Denni Meilizon AGAKNYA kata “rindu” memang tidak pernah bisa dipisahkan dari sebuah jarak antara kepergian dengan penantian. Sebagaimana sebuah kapal yang melayari lautan, perjalanan telah membawa semua ekspektasi kata “rindu” yang malih rupa kemudian dengan sebutan kenangan. Sedangkan kenangan selalu berupa sebentuk rumah, kebersamaan dan jejak. Puisi “Yang Ditahan Angin Rantau” menggambarkan betapa kenangan telah berumah di tanah perantauan sedangkan di kampung halaman tertinggal sebentuk ingatan. Larik begini, Sepanjang malam adalah angin yang berembus menikam jauh sampai ke putih tulang/ Penyair seakan memberitahukan kepada kita bahwa rindu rumah kampung halaman telah mencukam dalam sampai titik paling rendah, sampai ke tulang.   Anak rindu kepada masakan Ibunda dan tepian mandi ketika kanak-kanak. Tetapi, puisi ini bukanlah hendak menuntaskan keinginan itu. Tak ada waktu untuk menjemput kenangan. Lihatlah larik

DIALOG SUNYI REFDINAL MUZAN DALAM SALJU DI SINGGALANG

Harian Umum RAKYAT SUMBAR edisi SABTU, 25 Januari 2014 Ketika menutup tahun 2013 lalu, Refdinal Muzan kembali menerbitkan kumpulan sajaknya dengan judul "Salju di Singgalang". Penyair melankonis dan teduh ini benar-benar sangat produktif "berkebun" kata-kata. Bahasa qalbunya menyala. Sajak-sajaknya mencair mencari celah untuk mengalir dengan melantunkan irama yang mengetuk-ngetuk pintu bathin pembaca, mengajak bergumul, berbaris lalu berlahan lumat bersama kelindan kata yang merefleksikan pergerakan kreatifitas kepenyairannya. Membaca sajak-sajaknya memberikan ruang untuk berdialog lalu menarik  kita untuk ikut ke dalam pengembaraan dengan wajah menunduk, bertafakur dalam sunyi, menghormati kemanisan sajak yang disajikan berlinang madu.

KAJIAN PUISI-BUNYI DALAM SAJAK

BAB I  PENDAHULUAN   1.1          Latar Belakang Sastra merupakan cabang seni yang mengalami proses pertumbuhan sejalan dengan perputaran waktu dan perkembangan pikiran masyarakat.  Demikian pula sastra Indonesia terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman, karena sastra adalah produk  (sastrawan) yang lahir dengan fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupan masyarakat.