Langsung ke konten utama

Gaji Pimpinan di Muhammadiyah

BELUM SEMUA KENAL MUHAMMADIYAH,,, 😍😍😍 Seorang pengurus yayasan bertanya: "Berapa gaji pengurus Muhammadiyah yang tertinggi dan terendah?” “Pimpinan tidak ada yang digaji, hanya karyawan yg digaji” jawab saya.  “Apa benar ? Kalau begitu dari mana sumber ekonomi mereka ?” “Semua pimpinan Muhammadiyah punya pekerjaan, tidak menganggur”. "Bagaimana kalau tugas Muhammadiyah bersamaan dengan tugas pekerjaan?” “Jika waktu berbenturan, tugas pekerjaan didahulukan, baru Muhammadiyah”. “Kalau begitu tidak profesional karena menomorduakan Muhammadiyah” “Mungkin menurut orang lain tidak profesional. Tetapi itu lebih baik karena semua pimpinan Muhammadiyah tidak ada yang berfikir mengurusi Muhammadiyah sebagai profesi. Semua berniat sbg pengabdian. Yang penting dilakukan penuh kesungguhan dan sepenuh kemampuan”.  Dahulu pernah ada gagasan memberi gaji kepada pimpinan Muıammadiyah  supaya waktu dan perhatiannya bisa penuh kepada pesyarikatan. Tanggapan Pak AR  ketika ditanya:  ”Itu niat

Gelora Literasi 500 Siswa Sekolah di Bumi Sangkabulan


Laporan: Denni Meilizon

 Rabu 13 September 2017, Kota Simpang Empat baru saja menyingkap hawa dingin dan malam seiring mentari pagi merekah dari balik bukit barisan. Segerombolan burung yang bersarang di kaki Gunung Talamau melintas ke arah timur, menuju hutan larangan Rimbo Panti. Di bundaran kota, ditandai sebuah monumen selamat datang berupa Patung Tigo Tungku Sajarangan telah menetak geliat kehidupan ibukota kabupaten di ujung Sumatera Barat bagian utara itu. Gerobak aneka kuliner menguar hingga ke pasar Simpang Empat, di sisi jalan menuju Pantai Sasak. Satu persatu toko aneka kebutuhan sehari-hari mulai dibuka pemiliknya. Tiga orang petugas Polisi Lalu Lintas terlihat sibuk mengatur kendaraan yang mulai memadat. Serombongan anak-anak sekolah berjalan kaki asyik bercengkerama. Sayup-sayup tercium aroma rendang yang menyusup disela bau sisa buangan cerobong pabrik kelapa sawit yang dibawa angin dari arah selatan.

Pasaman Barat tumbuh diantara semangat kerja dan pembangunan sebagai kabupaten yang baru saja melepas diri dari zona transisi. Dinamika masyarakat yang plural dalam bingkai keragaman yang kaya akan budaya dan latar belakang penduduk, tergambar dalam slogan Tuah Basamo serta filosofi Tali Tigo Sapilin. Filosofi itu memiliki makna yang sangat dalam, mengikat masyarakatnya untuk bersatu bergotong royong dengan tujuan Pasaman Barat maju dan berdaya saing dalam segala bidang. Walaupun menurut data terakhir Badan Pusat Statistik masih menempatkan Pasaman Barat sebagai salah satu daerah tertinggal, namun bagi Pemerintah daerah bersama stakeholder-nya itu adalah cambuk untuk semakin kreatif dan inovatif mengolah kekayaan alam dan manusia sebagai bahan bakar menggerakkan daerah kaya hasil perkebunan ini guna mengejar ketertinggalan.
Literasi Budaya dan Pendidikan
Sebanyak 500 orang siswa berbagai tingkatan sejak Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Lanjutan Atas tumpah ruah pada hari puncak (13/9) kegiatan Peringatan Hari Gemar Membaca serta Hari Kunjungan Perpustakaan yang ditaja oleh Dinas Kearsipan Pasaman Barat. Selain siswa hadir pula guru-guru pendamping dan pembimbing yang tentu saja sibuk mengawasi siswanya masing-masing di halaman kantor yang ditata sedemikian asri itu. Banyak acara yang digelar dalam peringatan kali ini. Ada Launching Kartu Anak, Lomba Mewarnai, Story Telling dan Workshop Mendongeng, Lomba Menulis Cerita Rakyat bagi siswa SMP serta Workshop Menulis Artikel bagi Guru SMP. Serangkaian acara sebetulnya sudah mulai digelar sejak awal bulan lalu dengan mengusung tema Peningkatan Minat Baca di Pasaman Barat. Sekretaris Daerah, H. Manus Handri yang bertindak mewakili Bupati Pasaman Barat dengan gembira dan senang hati, membuka acara itu lalu ikut membaur bersama para siswa. Kegembiraan selalu bisa kita peroleh dari kemeriahan dunia anak-anak. Sebab itu sudah sepatutnya pulalah Pemerintah bekerja aktif dalam menghadirkan ruang bahagia berupa aneka kegiatan kreatif bagi anak-anak dan remaja. Dan Dinas Kearsipan Pasaman Barat dengan fasilitas layanan Perpustakaan yang semakin lengkap agaknya semakin siap untuk terus menggelorakan semangat literasi di Bumi Sangkabulan, sebutan bagi Pasaman Barat yang terangkat dari kisah mitologi kearifan lokal.
Berikut pemenang Lomba Mewarnai, Juara 1 diraih oleh siswa TK Al Faras, Juara 2 dan Juara 3 diraih oleh siswa TK Al Azhar. Sedangkan pemuncak pada ajang Lomba Menulis Cerita Rakyat setingkat SMP se-Pasaman Barat diraih oleh Risa Novianis dari SMPN 5 Kinali (Juara 1), Rosa Rahmadani dari SMPN 2 Gunung Tuleh (Juara 2) dan Delvian Narendra dari SMPN 3 Kinali (Juara 3).
Berbagai pegiat literasi didatangkan untuk mengisi acara. Terlihat Kak Niki Martoyo si pendongeng asal Padang Panjang yang tampil lincah, heboh dan energik. Ada pula novelis Maya Lestari GF, pegiat Kelas Kreatif Indonesia yang didaulat sebagai fasilitator dan tim penilai lomba menulis bersama-sama dengan penyair Arbi Tanjung, Pegiat Literasi Pasaman yang juga Ketua Komunitas Sarunai Bukittinggi. Selain keduanya, pada keesokan harinya (14/9) terlihat pula kehadiran beberapa pegiat budaya, seni dan sastra dari Pasaman Barat berkumpul di ruang Perpustakaan Pasaman Barat. Kepada Kepala Dinas Kearsipan Pasaman Barat yang diterima oleh Kepala Bidang Layanan dan TIK, Muharram, S.Sos mereka menyampaikan keinginan dan ajakan untuk bersinergi dengan Pemerintah Pasaman Barat dalam mendorong serta menggerakkan literasi berbasis budaya dan pendidikan di Pasaman Barat.
Forum Pegiat Literasi Pasaman Barat
Momen memperingati Hari Gemar Membaca dan Hari Kunjungan Perpustakaan kali ini memang dimanfaatkan pula sebagai ajang silaturahmi antara pegiat literasi asal Pasaman Barat dengan pihak Dinas Kearsipan Pasaman Barat sebagai leading sector gerakan literasi. Karena cakupan literasi sesungguhnya bukan hanya sekedang membaca  dan menulis saja, tentu saja kunjungan seperti ini disambut dengan gembira. Apalagi dalam bincang-bincang tersebut tercetus pula untuk pendeklarasian sebuah forum yang mewadahi pegiat literasi di Pasaman Barat. Forum demikian sangat dibutuhkan guna menyatukan gerakan di tengah masyarakat, memasyarakatkan gemar membaca, menggali potensi daerah lewat kegiatan kreatif, mendorong nagari agar lebih tematik dalam mengelola gerak laju pembangunan di wilayahnya dan tentu saja menumbuhkan kesadaran akan pentingnya keberadaan perpustakaan yang lengkap dan representatif di Pasaman Barat. Disamping itu, lewat gerakan literasi dapat menciptakan jejaring sinergi antar intansi di Pasaman Barat guna menguatkan Pasaman Barat sebagai kabupaten yang berkarakter terutama dalam Pendidikan, Budaya dan Pariwisata pada masa yang akan datang.
Apalagi pada tahun-tahun belakangan ini, Dinas Kearsipan Pasaman Barat lewat berbagai program dan kegiatannya aktif melakukan pembinaan dan dukungan pula. Pustaka nagari misalnya, telah tumbuh dan beberapa nagari sudah mulai mendapatkan manfaat. Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat harus gerak cepat dengan mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk mengentaskan status ketertinggalan. Agaknya, gerakan literasi sebagai salah satu domain pembangunan daerah telah siap sedia untuk bergandengan tangan.
Apabila malam telah tiba di kaki gunung Talamau itu. Kembali dingin dan hujan rinai datang merayap mengantar kehidupan untuk beristirahat. Derak roda truk pengangkut buah sawit menyapu aspal dengan derum mesin melenguh seolah mengirim pesan. Tidak ada kata terlambat sedangkan kerja belum tuntas. Tuah basamo tali tigo sapilin.[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Fiksi dalam Sorak Sorai Kepergian dan Penantian

 (Kolom Apresiasi di SKH Haluan, 11 September 2016) Oleh Denni Meilizon AGAKNYA kata “rindu” memang tidak pernah bisa dipisahkan dari sebuah jarak antara kepergian dengan penantian. Sebagaimana sebuah kapal yang melayari lautan, perjalanan telah membawa semua ekspektasi kata “rindu” yang malih rupa kemudian dengan sebutan kenangan. Sedangkan kenangan selalu berupa sebentuk rumah, kebersamaan dan jejak. Puisi “Yang Ditahan Angin Rantau” menggambarkan betapa kenangan telah berumah di tanah perantauan sedangkan di kampung halaman tertinggal sebentuk ingatan. Larik begini, Sepanjang malam adalah angin yang berembus menikam jauh sampai ke putih tulang/ Penyair seakan memberitahukan kepada kita bahwa rindu rumah kampung halaman telah mencukam dalam sampai titik paling rendah, sampai ke tulang.   Anak rindu kepada masakan Ibunda dan tepian mandi ketika kanak-kanak. Tetapi, puisi ini bukanlah hendak menuntaskan keinginan itu. Tak ada waktu untuk menjemput kenangan. Lihatlah larik

DIALOG SUNYI REFDINAL MUZAN DALAM SALJU DI SINGGALANG

Harian Umum RAKYAT SUMBAR edisi SABTU, 25 Januari 2014 Ketika menutup tahun 2013 lalu, Refdinal Muzan kembali menerbitkan kumpulan sajaknya dengan judul "Salju di Singgalang". Penyair melankonis dan teduh ini benar-benar sangat produktif "berkebun" kata-kata. Bahasa qalbunya menyala. Sajak-sajaknya mencair mencari celah untuk mengalir dengan melantunkan irama yang mengetuk-ngetuk pintu bathin pembaca, mengajak bergumul, berbaris lalu berlahan lumat bersama kelindan kata yang merefleksikan pergerakan kreatifitas kepenyairannya. Membaca sajak-sajaknya memberikan ruang untuk berdialog lalu menarik  kita untuk ikut ke dalam pengembaraan dengan wajah menunduk, bertafakur dalam sunyi, menghormati kemanisan sajak yang disajikan berlinang madu.

KAJIAN PUISI-BUNYI DALAM SAJAK

BAB I  PENDAHULUAN   1.1          Latar Belakang Sastra merupakan cabang seni yang mengalami proses pertumbuhan sejalan dengan perputaran waktu dan perkembangan pikiran masyarakat.  Demikian pula sastra Indonesia terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman, karena sastra adalah produk  (sastrawan) yang lahir dengan fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupan masyarakat.