Langsung ke konten utama

Gaji Pimpinan di Muhammadiyah

BELUM SEMUA KENAL MUHAMMADIYAH,,, 😍😍😍 Seorang pengurus yayasan bertanya: "Berapa gaji pengurus Muhammadiyah yang tertinggi dan terendah?” “Pimpinan tidak ada yang digaji, hanya karyawan yg digaji” jawab saya.  “Apa benar ? Kalau begitu dari mana sumber ekonomi mereka ?” “Semua pimpinan Muhammadiyah punya pekerjaan, tidak menganggur”. "Bagaimana kalau tugas Muhammadiyah bersamaan dengan tugas pekerjaan?” “Jika waktu berbenturan, tugas pekerjaan didahulukan, baru Muhammadiyah”. “Kalau begitu tidak profesional karena menomorduakan Muhammadiyah” “Mungkin menurut orang lain tidak profesional. Tetapi itu lebih baik karena semua pimpinan Muhammadiyah tidak ada yang berfikir mengurusi Muhammadiyah sebagai profesi. Semua berniat sbg pengabdian. Yang penting dilakukan penuh kesungguhan dan sepenuh kemampuan”.  Dahulu pernah ada gagasan memberi gaji kepada pimpinan Muıammadiyah  supaya waktu dan perhatiannya bisa penuh kepada pesyarikatan. Tanggapan Pak AR  ketika ditanya:  ”Itu niat

Mari Mengairi Jiwa yang Gersang

Jelang Festival Seni Pekan Nan Tumpah 2017




Laporan: Denni Meilizon

TAMAN Budaya Sumatra Barat akan kembali menjadi pusat perhatian pelaku dan penikmat kesenian mulai Sabtu 23 - 29 September 2017 mendatang.  Inilah perhelatan seni dua tahunan di kota Padang bertajuk Festival Pekan Nan Tumpah 2017. Ada  apa saja selama sepekan akhir bulan September itu?  Tim Budaya SKH HALUAN Padang berhasil mengulik persiapan panitia Festival Pekan Nan Tumpah 2017 yang tahun ini diketuai oleh Emilia Dwi Cahyo, Pegiat Teater KSNT.

Ada tiga jenis acara besar yang akan mengisi Festival Pekan Nan Tumpah 2017 kali ini. Yang pertama, pada gelaran Pekan Nan Tumpah 2017 ada sebuah bentuk kegiatan baru yang diusung Komunitas Seni Nan Tumpah yaitu Liga Baca Puisi Kreatif. Kompetisi baca puisi dalam format liga ini telah berlangsung sejak 1 Juni 2017 dan kini akan menjelang babak final. Babak final diikuti oleh lima orang dan akan diselenggarakan pada malam sebelum pertunjukan selama 24-28 September 2017. Dalam satu malam, akan ada satu pertunjukan dari peserta babak final.
Selain Liga Baca Puisi Kreatif Pekan Nan Tumpah 2017 kita juga akan disuguhi pameran lukisan dan patung serta drawing dari Randy Otonk bertajuk Pameran "PERKAWINAN AKAL". Gagasan karya Randy Otonk yang akan dibawa pada pameran kali ini banyak berasal dari aktifitas bermain anak-anak dan dunia imajinatif di sekitar mereka.
 Ketiga, Festival yang berawal dari kegiatan Festival Pesta Puisi yang diadakan pada 24- 29 Mei 2011 ini, membuka ruang bagi berbagai Kelompok seni pertunjukan untuk tampil seperti Galang Dance Community Padang dan Sherlilab Padang Panjang untuk seni tari. Kelompok pertunjukan teater Komunitas Seni Hitam Putih Padangpanjang, Teater Jengkal Bengkulu, dan Komunitas Seni Nan Tumpah juga akan mempertunjukkan performanya di hadapan penonton dalam Gedung Teater Utama Taman Budaya Padang. Berikutnya, akan dihadirkan lantunan komposisi musik berkonsep Musikalisasi Puisi Sanggar Seni Dayung-Dayung Padang Pariaman dan serta Kelompok Musik Balega Padang Panjang.
“Festival seni dua tahunan yang dikelola KSNT ini lahir dari program kerja jangka panjang anggota KSNT guna merespons minimnya festival seni yang diadakan dan dikelola oleh sebuah kelompok/komunitas seni di Sumatra Barat. Sebagai komunitas yang ingin dan terus berupaya membangun iklim seni pertunjukan dengan penonton baru, didukung oleh kerja manajemen kelompok yang cukup baik, berupaya untuk menjawab sekaligus membantah hal tersebut,” kata Mahatma Muhammad Pimpinan KS Nan Tumpah yang diamini Karta Kusumah, penyair dan juga Sekretaris komunitas seni yang telah memenangkan berbagai penghargaan seni pertunjukan nasional itu.

 Nama Festival Seni Pekan Nan Tumpah sendiri resmi digunakan pada gelaran festival pada 24-27 Desember tahun 2013 dengan menghadirkan 4 (empat) pertunjukan teater, 2 (dua) pertunjukan tari, serta 2 (dua)  pertunjukan musikalisasi puisi dari 8 (delapan) komunitas seni independen dari Sumatera Barat. Tercatat pantia berhasil menjaring sedikitnya 1.300 penonton baru seni di Sumatera Barat, yang membeli tiket dari total 1.864 daftar di buku tamu kegiatan Pekan Nan Tumpah 2013.
Tahun 2015,  untuk memeriahkan perayaan seni pertunjukan besar tersebut, panitia mengundang Komunitas Imaji, Rumah Drama dan Penulisan Kreatif (Padang), Teater Sakata (Padang Panjang), Sanggar Seni Dayung-dayung (Kayutanam), Komunitas Tari Galang (Padang),  serta grup musik orkestra Seruni dari Universitas Negeri Padang.  Selama lima hari pergelaran, diraup lebih kurang 2000 penonton yang tumpah ruah menyaksikan setiap pertunjukan terjadwal.
“Seniman pertunjukan jangan hanya menunggu saja ada undangan untuk tampil. Jangan pasif. Sebuah kelompok seni pertunjukan pada saat ini harus memiliki semacam manajemen modern dan profesional. Harus pula pandai menangkap ketertarikan publik, penonton serta bisa menaja pertunjukan yang berkelanjutan, layak ditonton berkali-kali oleh penikmat seni dan masyarakat,” pungkas Mahatma.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Fiksi dalam Sorak Sorai Kepergian dan Penantian

 (Kolom Apresiasi di SKH Haluan, 11 September 2016) Oleh Denni Meilizon AGAKNYA kata “rindu” memang tidak pernah bisa dipisahkan dari sebuah jarak antara kepergian dengan penantian. Sebagaimana sebuah kapal yang melayari lautan, perjalanan telah membawa semua ekspektasi kata “rindu” yang malih rupa kemudian dengan sebutan kenangan. Sedangkan kenangan selalu berupa sebentuk rumah, kebersamaan dan jejak. Puisi “Yang Ditahan Angin Rantau” menggambarkan betapa kenangan telah berumah di tanah perantauan sedangkan di kampung halaman tertinggal sebentuk ingatan. Larik begini, Sepanjang malam adalah angin yang berembus menikam jauh sampai ke putih tulang/ Penyair seakan memberitahukan kepada kita bahwa rindu rumah kampung halaman telah mencukam dalam sampai titik paling rendah, sampai ke tulang.   Anak rindu kepada masakan Ibunda dan tepian mandi ketika kanak-kanak. Tetapi, puisi ini bukanlah hendak menuntaskan keinginan itu. Tak ada waktu untuk menjemput kenangan. Lihatlah larik

DIALOG SUNYI REFDINAL MUZAN DALAM SALJU DI SINGGALANG

Harian Umum RAKYAT SUMBAR edisi SABTU, 25 Januari 2014 Ketika menutup tahun 2013 lalu, Refdinal Muzan kembali menerbitkan kumpulan sajaknya dengan judul "Salju di Singgalang". Penyair melankonis dan teduh ini benar-benar sangat produktif "berkebun" kata-kata. Bahasa qalbunya menyala. Sajak-sajaknya mencair mencari celah untuk mengalir dengan melantunkan irama yang mengetuk-ngetuk pintu bathin pembaca, mengajak bergumul, berbaris lalu berlahan lumat bersama kelindan kata yang merefleksikan pergerakan kreatifitas kepenyairannya. Membaca sajak-sajaknya memberikan ruang untuk berdialog lalu menarik  kita untuk ikut ke dalam pengembaraan dengan wajah menunduk, bertafakur dalam sunyi, menghormati kemanisan sajak yang disajikan berlinang madu.

KAJIAN PUISI-BUNYI DALAM SAJAK

BAB I  PENDAHULUAN   1.1          Latar Belakang Sastra merupakan cabang seni yang mengalami proses pertumbuhan sejalan dengan perputaran waktu dan perkembangan pikiran masyarakat.  Demikian pula sastra Indonesia terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman, karena sastra adalah produk  (sastrawan) yang lahir dengan fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupan masyarakat.